Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang menyimpulkan bahwa benda yang jatuh di Duren Sawit Jakarta Timur adalah meteorit, mengatakan benda luar angkasa itu tidak menyisakan bahan berbahaya bagi manusia.

Masyarakat tidak perlu khawatir pada meteorit itu. Menurut peneliti bidang astronomi Lapan Prof Dr Thomas Djamaluddin, meteorit tersebut tidak mengandung racun dan bahan radioaktif sehingga tidak berbahaya.

Kepada wartawan di lokasi jatuhnya meteorit di Duren Sawit, Senin, Thomas mengatakan, meteorit itu tidak mengandung unsur kimia berbahaya hanya unsur kimia umum seperti magnesium, besi, dan silikon.

"Kandungan serpihan itu biasa seperti kandungan meteorit yang lain dan tidak menggangu kesehatan," katanya.

Hujan Meteor Lyrid, Leonit, Perseid, Draconid atau Iorionid dan lain-lain berbeda dengan meteorit sporadis seperti di Duren Sawit.

"Meteorit sporadis tidak bisa diperkirakan kapan waktu dan tempatnya jatuh ke bumi, berbeda dengan hujan meteor," katanya.

Bersama Puslabfor Polri, para peneliti Lapan telah menganalisa hingga berkesimpulan bahwa ledakan yang menghancurkan rumah warga Duren Sawit adalah benturan meteorit yang jatuh dari luar angkasa.

Tim Peneliti LAPAN antara lain terdiri dari Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Drs Sriloka Prabotosari, Prof Dr Thomas Djamaluddin, dan peneliti bidang Matahari dan antariksa Abdurahman.

Thomas memaparkan, ada indikasi kuat yang mengarah pada tumbukan meteorit di Duren Sawit. Indikasi tersebut dilihat berdasarkan struktur kerusakan bangunan dan paparan panas di lokasi kejadian.

”Paparan panas menunjukkan bahwa benda tersebut datang dengan kecepatan dan panas yang tinggi,” ujar Thomas.

Hingga saat ini, meteorit belum ditemukan karena banyaknya reruntuhan di lokasi kejadian. Meskipun demikian, menurut Thomas, Lapan dan Puslabfor tidak perlu menunggu ditemukannya benda tersebut untuk membuat kesimpulan akhir.

”Material yang menumbuk bukan sebagai kunci untuk menyimpulkan adanya tumbukan meteorit. Kesimpulan bisa diperoleh dengan melihat kerusakannya,” kata Thomas.

Kesimpulan akhir ini segera diambil agar masyarakat di sekitar jatuhnya meteor dapat kembali beraktivitas, katanya.

Saat ini, Lapan dan Puslabfor menyerahkan proses penemuan sampel meteorit tersebut kepada masyarakat. Kedua lembaga ini mengimbau, bila ada masyarakat yang menemukan benda aneh, harap menghubungi kepolisian.

”Nantinya, pihak kepolisian akan meneruskan penemuan tersebut kepada Lapan,” Thomas menambakan.

Dentuman

Bertina Manurung, seorang ibu rumah tangga yang rumahnya berada berselang empat rumah dari lokasi jatuhnya meteorit, mengaku mendengar dentuman keras saat benda luar angkasa itu jatuh.

"Saat itu saya sedang di teras lalu tiba-tiba terdengar suara melengking dari angkasa menuju bawah dan jatuh dengan suara keras di sebelah rumah. Lalu saya berlari keluar dan melihat asap membumbung dari rumah sebelah," Bertina mengisahkan.

"Untung mas, saya kira rumah saya yang kena," kata dia sembari menunjukkan baut jendela rumahnya terlepas karena kuatnya getaran.

Berbeda dengan Bertina, Subari Marzuki (68), seorang pensiunan pegawai negeri Dekdikbud, rumahnya rusak terhantam meteorit.

Rumahnya yang seluas 78 meter persegi terlihat tembok rumahnya bagian ruang depan, kamar tidur dan dapur porak poranda dengan genting yang sudah berserakan di tanah.

"Ini kamar saya mas hancur, gara-gara meteor, saya tidak tahu harus nonton TV di mana lagi sekarang ngungsi di rumah anak yang tidak jauh dari sini," ujarnya.

Hingga saat ini belum ada bantuan ganti rugi dari pihak pemerintah daerah yang datang.

"Mas ini jelas bukan kesalahan warga tetapi fenomena alam yang tidak di sangka-sangka seperti banjir dan lain-lain, sampai sekarang belum ada bantuan ganti rugi dari pemerintah.

Namum Marzuki enggan menyebutkan nilai kerugian yang dialaminya dalam kejadian itu.

"Wah saya tidak mau menyebutkan berapa, ya kalau dibantu seperak, dua perak ya Alhamdulillah. Terlalu banyak kenangan di rumah ini, saya ingin merenovasi ulang lagi, tapi tidak tahu uangnya dari mana," katanya sambil mengelus kepala.

Menurut Marzuki. rumahnya di Jl. Delima VI Kelurahan Malakasari Kecamatan Duren Sawit itu merupakan bagian dari proyek Perumnas pertama yang dibangun pada pemerintahan orde baru tahun 1979 dan Perumnas pertama yang tertimpa meteorit.

(Adm/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010