Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) menyarankan agar Indonesia memonitor pasar uang dengan lebih baik karena kondisi di pasar itu tidak bisa diduga.

"Karena pasar uang yang tidak bisa diduga, disarankan agar Indonesia memonitor pasar uang dengan lebih baik," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana di Kantor Bappenas Jalan Taman Suropati Jakarta, Senin.

Armida menyebutkan, dalam rangkaian pelaksanaan Sidang Tahunan ADB ke-43 di Tashkent Uzbekistan 1 hingga 4 Mei 2010, dirinya mengadakan pertemuan dengan Presiden ADB, Haruhiko Kuroda.

Dalam pertemuan itu dibahas mengenai kondisi makro ekonomi dunia, regional, dan Indonesia.

Kuroda mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia tidak terlalu terpengaruh dengan global crisis, karena ekonomi yang lebih seimbang dan memiliki pasar domestik yang besar sehingga tidak tergantung pada eksternal.

"Namun karena pasar uang yang tidak bisa diduga, disarankan agar Indonesia memonitor pasar uang dengan lebih baik," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama Kuroda juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia atas dukungan peningkatan modal dasar ADB melalui forum G-20.

Pada kunjungan ke Tashkent, Armida juga melakukan pertemuan dengan Senior Special Advisor Japan International Cooperation Agency (JICA), Hiroto Arakawa.

Terkait dengan proyek-proyek pemerintah yang tercantum dalam Buku Biru yang diterbitkan Bappenas, JICA sedang menelaah dukungan JICA. JICA akan fokus pada kerja sama teknik yang tidak lagi tradisional tetapi mengarah pada program yang lebih penting.

JICA akan membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia baik publik/pemerintah maupun melalui skema public private partnership (PPP).

Mereka juga mempertimbangkan untuk bekerjasama pada studi mengenai geothermal melalui skema PPP.

"JICA akan mendiskusikan di tingkat manajement mengenai usul Pemerintah Indonesia untuk menghapuskan commitment fee," sebut Armida.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010