Jakarta (ANTARA News) - Sejarah kembali berulang, dengan terpilihnya Benigno `Noynoy` Aquino, Filipina kini kembali dipimpin oleh penerus Corazon Aquino, ibu rumah tangga isteri penumbang diktator Ferdinand Marcos yang kemudian melejit menjadi presiden dan ikon demokrasi setelah memimpin revolusi `people power`.

Benigno Simeon "Noynoy" Cojuangco Aquino III, demikian nama lengkap presiden terpilih pemilu otomatis pertama Filipina itu, lahir pada 8 Februari 1960.

Dia adalah satu-satunya putra dari lima anak pasangan mantan Presiden Corazon Aquino dan Senator Benigno Aquino Jr. Kemenangannya dipastikan ketika sampai pada penghitungan suara Selasa, dia telah meraih 40,2 persen dari seluruh suara yang telah dihitung.

Mantan presiden Joseh Estrada di tempat kedua dengan 25,5 persen, dari hasil sebelumnya, Senin malam, 25,7 persen. Senator Manny Villar di tempat berikutnya dengan 13,98 persen suara, kata ketua Komisi Pemilihan (Comelec) Jose Melo.

Perolehan ini adalah hasil perhitungan dari sekitar 38 persen dari seluruh suara yang masuk dalam pemilihan otomatis pertama di negara itu, dengan perkiraan tingkat partisipasi pemilih mencapai 75 persen dari 50 juta orang yang berhak memilih.

"Ini tampaknya akan menjadi kemenangan rakyat Filipina, dengan bantuan Tuhan," kata Melo setelah hasil sebagian itu diumumkan.

Ia menyatakan penghitungan akan melewasti 50 persen suara yang masuk pada tengah malam (Selasa, pukul 23 WIB), perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi negara yang pada masa lalu harus menunggu selama beberapa pekan untuk penghitungan manual selesai.

Noynoy adalah lulusan Universitas Ateneo de Manila, di mana Presiden Gloria Macapagal Arroyo yang akan digantinya adalah salah seorang profesornya.

Dalam menapaki dunia politik, seperti yang ditempuh kedua orangtuanya, Noynoy terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 1998, sebagai wakil dari provinsi Tarlac. Pada 2007 dia kemudian terpilih sebagai anggota senat.

Pada 1983, tak lama setelah sang ayah tewas, Noynoy bergabung sebagai anggota Philippine Business for Social Progress. Dari 1985-1986 kemudian menjadi supervisor sales perdagangan eceran dan pembantu promosi muda pada Nike Filipina, dan terakhir bergabung pada perusahaan milik keluarga, Asuransi Intra-Strata, sebagai wakil presiden.

Ikrar Arroyo
Presiden Filipina, Gloria Arroyo, Selasa berikrar akan memperlancar serah terima kekuasaan kepada penggantinya, Noynoy Aquino, mantan mahasiswa ekonominya yang juga salah seorang pengecam pedas kebijakannya itu.

Arroyo, yang berdasarkan konstitusi dilarang untuk menjabat dua kali, menyambut baik kemenangan Noynoy Aquino, dalam pemilu yang menurutnya berlangsung secara bebas, jujur dan terbuka.

Dia sebenarnya menginginkan penggantinya adalah mantan menteri pertahanan Gilberto Teodoro, namun kali ini perhitungannya meleset.

Untuk memuluskan jalan serah terima jabatan, Arroyo kemarin memerintahkan pembantu tertingginya, sekretaris eksekutif Leandro Mendoza, membentuk tim transisi guna bekerjasama dengan pemenang pemilu ketika masa jabatan enam tahunnya berakhir 30 Juni.

Dia berpendapat rakyat patut mendapatkan pemimpin baru, yang fokus kepada masa depan dan kinerja pemerintah demi kemajuan rakyat dan bangsa.

Atas kemenangannya, salah seorang pesaingnya, mantan presiden Joseph Ejercito Estrada, Selasa mengatakan, dia tak ingin bergabung dengan kelima kandidat presiden yang telah mengakui kemenangan Noynoy.

Bekas aktor film laga ini justru menyatakan dia sangat terganggu oleh tindakan Komisi Pemilu (Comelec) dan media massa yang seperti terburu-buru mengambil keputusan siapa sebenarnya pemenang pemilu nasional.

Estrada yang ditumbangkan karena kasus korupsi dan dijatuhi hukuman penjara namun diampuni oleh Arroyo tetap menegaskan, yang berhak mengumumkan pemenang pemilu adalah Kongres yang memiliki hak konstitusional.

Meskipun demikian, Estrada mengakui dia akan tunduk pada apa yang akan diputuskan oleh Kongres, karena itu adalah hak rakyat untuk memilih.

Sebelumnya, setelah penghitungan suara tak terbendung meluber ke kubu Noynoy, para kandidat lainnya: Pengusaha properti Manny Villar dari Partai Nacionalista, Gilbert Teodoro dari Partai Lakas-Kampi-CMD, Bro. Eddie Villanueva dari Partai Bangon Pilipinas, senator Richard Gordon dari Partai Bagumbayan dan JC delos Reyes dari Partai Kapatiran, segera mengakui kemenangan senator itu.

Selain Estrada, calon independen, Senator Jamby Madrigal, Nicanor Perlas serta Vetellano Acosta of KBL belum mengeluarkan pernyataan apapun mengenai hasil penghitungan suara.

Suara Mindanao
Sementara itu, Majelis untuk Islam dan Demokrasi (PCID) menyambut hasil pemilu 10 Mei, namun kalangan kelompok Islam moderat ragu bahwa pemerintah baru akan merangkul para cendekiawan Muslim, mengingat dalam beberapa tema yang diangkat dalam kampanye mereka dimarginalkan.

Tokoh PCID, Amina Rasul, misalnya mengungkapkan, sejumlah kelompok non-pemerintah dari kalangan pemimpin Muslim mempertanyakan: Akankah presiden baru memperhatikan mengenai Muslim Mindanao?

Keraguan kalangan Muslim mengemuka tatkala kampanye pemilu, Amina Rasul, putri mantan Senator Santanina Rasul, menyampaikan `Agenda Bangsa Moro/Muslim Mindanao` kepada para kandidat presiden, namun gagasan itu diabaikan begitu saja.

Kalangan Muslim berharap, para pemenang pemilu tidak mengabaikan umat Islam. "Kami berharap Noynoy bukan hanya menjadi presiden mayoritas Kristen saja, tapi juga presiden bagi umat Islam di Mindanao," kata Amina Rasul, seperti dikutip beerapa media.

Dia menegaskan Agenda Bangsa Moro/Muslim Mindanao tersebut mengusulkan demiliterisasi di wilayah otonomi Muslim Mindanao (ARMM), memperkuat pasukan kepolisian nasional dan meninjau kembali kasus-kasus warga Muslim yang ditahan berdasarkan Undang-Undang Tindakan Keamanan Kemanusiaan dan membebaskan mereka.

Kalangan Muslim, menurut Amina, memandang penting agenda ini karena termaktub keberadaan dan partisipasi mereka dalam pemerintahan.

Secara keseluruhan, pelaksanaan pemilu Filipina disambut baik oleh sejumah pengamat.

Para duta Uni Eropa berpendapat pemilu tersebut berjalan lancar dan pada umumnya bebas dari gangguan, tidak seperti yang dikhawatirkan. Mereka juga menghargai tingginya partisipasi masyarakat.

Dubes Amerika Serikat di Manila, Harry Thomas Jr. juga memuji Pemilu 10 Mei berjalan lancar, dan mengharapkan masa transisi di Istana Malacanang, yang akan berakhir pada 30 Juni juga berjalan mulus.

Pemilu ini disaksikan oleh sejumlah pengamat dari Amerika Serikat, Indonesia, Australia, Jepang, Inggris, Uni Eropa.(H-AK/T010)

Pewarta: Askan Krisna
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010