Masalah pencernaan
Orang dengan HIV/AIDS mungkin mengalami masalah dalam mencerna makanan tertentu atau mungkin saja
menderita sembelit dan kembung akibat ketidakseimbangan bakteri di usus.

Rekomendasi WHO atasi masalah ini, yakni mengunyah makanan dengan baik agar lebih mudah dicerna, cobalah mengonsumsi pepaya, lalu makanan fermentasi seperti yogurt karena dapat lebih mudah dicerna dan membantu pencernaan.

Untuk mereka yang mengalami sembelit, sebaiknya makan serat seperti sayuran, buah mentah, buah kering, sereal gandum, kacang-kacangan dan biji-bijian; makan sering dalam porsi kecil secara teratur sepanjang hari; minum banyak air sepanjang hari dan berolahraga secara teratur untuk merangsang buang air besar dan memperbaiki pencernaan.

Sementara bagi mereka yang terkena kembung, usahakan jangan minum terlalu banyak bersama makanan, hindari makanan seperti kubis, kacang-kacangan, bawang merah, brokoli dan
kembang kol dan minuman bersoda yang menghasilkan gas di perut.

Perubahan rasa
Sebagai akibat dari efek samping obat dan infeksi, orang-orang mungkin menemukan rasa atau tekstur makanan yang biasanya mereka makan berubah.

Saat kondisi ini terjadi, cobalah bereksperimen dengan makanan dan bumbu yang berbeda sampai menemukan makanan yang disukai, pilih pola makan yang bervariasi. Cobalah menambahkan makanan dengan gula atau lemon.

Masalah kulit
Masalah kulit seperti ruam dan luka sering terjadi pada orang yang menderita HIV/AIDS. Selain itu, ada juga yang mengalami bercak kering atau penyembuhan luka yang lama karena bisa terkait dengan malnutrisi atau defisiensi mikronutrien tertentu.

Kondisi kulit yang buruk bisa disebabkan kekurangan vitamin A atau vitamin B6. Meskipun banyak masalah kulit mungkin memerlukan perawatan medis khusus, penambahan makanan yang kaya vitamin A atau B6 ke dalam makanan dapat membantu mencegah masalah kulit atau memperbaiki kondisi dari waktu ke waktu.

Vitamin A bisa didapatkan dari sayuran berwarna kuning, oranye dan hijau, serta hati. Sementara asupan vitamin B6 bisa berasal dari sereal, biji-bijian, serta sayuran berdaun hijau.

Batuk, pilek hingga demam
Pilek dan batuk umumnya karena infeksi virus yang juga bisa menyebabkan sakit tenggorokan dan terkadang demam. Namun, infeksi ini bisa menghilang tanpa obat.

Pengobatan kondisi ini sama seperti pada mereka yang tidak terkena HIV/AIDS mulai dari minum banyak air atau cairan lain hingga banyak istirahat. Jika kondisi tak kunjung pulih lebih dari seminggu, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Sementara untuk demam, obat seperti aspirin atau parasetamol juga bisa diminum tapi harus sesuai instruksinya.

COVID-19
WHO mengungkapkan, orang dengan HIV (ODHA) yang belum mencapai supresi virus melalui pengobatan antiretroviral rentan untuk mendapatkan infeksi opportunistik dan perjalanan penyakit akan cepat memburuk, karena sistem imun yang belum pulih.

Saat ini tidak ada bukti ada peningkatan risiko infeksi terhadap COVID-19 dan peningkatan perburukan penyakit untuk ODHA.

Data klinis menunjukkan, faktor risiko kematian karena COVID-19 terutama terkait usia lanjut dan komorbiditas lainnya termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit saluran pernapasan kronis, dan hipertensi.

ODHA disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan yang sama seperti populasi umum misalnya sering mencuci tangan sering, menerapkan etika batuk, hindari menyentuh wajah, menjaga jarak, mencari perawatan medis jika bergejala, isolasi diri jika kontak dengan seseorang dengan COVID -19 dan tindakan lain sesuai rekomendasi pemerintah.

ODHA yang menggunakan obat-obatan ARV harus memastikan memiliki paling sedikit 30 hari stok ARV jika suplai 3-6 bulan tidak tersedia dan memastikan status vaksinasi mereka diperbaharui (vaksin influenza dan pneumokokus).


Baca juga: Manfaat susu almond, turunkan berat badan hinggah cegah Alzheimer

Baca juga: Manfaat bertanam untuk bantu lawan penyakit hingga jaga daya ingat

Baca juga: Tips sederhana atur pola makan sehat ala Ade Rai

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020