Teheran (ANTARA News) - Turki mengatakan, Minggu, Iran telah menyetujui perjanjian pertukaran bahan bakar nuklir yang dapat membantu mengakhiri konflik Teheran dengan Barat soal program nuklirnya.

Rincian penuh mengenai perjanjian itu tidak dikeluarkan dengan segera oleh para pejabat Turki dan Brazil yang menengahi dalam perselisihan Iran dan negara-negara besar Barat, yang menduga Teheran telah mengembangkan dengan sembunyi-sembunyi bom atom, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kementerian luar negeri Turki mengatakan, pengumuman resmi mungkin akan dibuat Senin setelah perbaikan akhir oleh presiden Brazil dan Iran serta PM Turki.

"Ya, itu (perjanjian0 telah dicapai setelah hampir 18 jam pembicaraan," kata Menlu Turki Ahmet Davutoglu ketika ditaya apakah akan ada perjanjian.

Sebelumnya, PM Turki Tayyip Erdogan terbang ke Teheran untuk bergabung dengan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva yang telah membicarakan apa yang pemerintah Barat dan Rusia katakan mungkin akan menkadi kesempatan terakhir untuk menghindari sanksi PBB terhadap Iran.

Sebuah perjanjian yang ditengahi PBB, Oktober lalu, telah menawari Iran untuk mengapalkan 1.200 Kg dari uraniumnya yang telah sedikit diperkaya -- cukup untuk sebuah bom jika dimurnikan ke tingkat yang cukup tinggi -- ke Rusia dan Prancis untuk dijadikan bahan bakar bagi reaktor riset Teheran.

Iran kemudian mengatakan negara itu hanya akan menukar LEU (uranium yang sudah sedikit diperkaya)-nya dengan material yang bermutu lebih tinggi dan hanya di wilayahnya sendiri, syarat yang kelompok lain dalam perjanjian itu katakan tidak bisa diterima. Negara itu mebantah berusaha untuk membuat bom atom.

"Saya akan ke Iran karena klausul yang akan ditambahkan ke proposal itu yang mengatakan pertukaran tersebut akan berlangsung di Turki," kata Erdogan sebelumnya.

"Kita akan memiliki kesempatan untuk memulai proses mengenai pertukaran itu," ujarnya. "Saya jamin bahwa kita akan menemukan kesempatan untuk mengatasi masalah itu, jika Tuhan menghendaki."

Lula juga mengatakan pada wartawan setelah mengadakan pembicaraan dengan Iran bahwa "tingkat harapan untuk mencapai perjanjian, meningkat".

Lula telah bertemu dengan Presiden Mahmoud Ahamdinejad dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamanei yang paling berkuasa di Iran, yang menentukan mengenai semua masalah negara seperti kegiatan nuklir Iran.

"Amerika marah pada kedekatan negara-negara merdeka seperti Iran dan Brazil ...Itulah mengapa mereka ribut menjelang perjalanan anda (Lula) ke Iran," kata Khamenei seperti dikutip oleh televisi negara Iran.
(S008/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010