Jakarta (ANTARA) - Hanya dalam hitungan hari menjelang pergantian tahun menuju 2021, keinginan untuk berlibur harus dipendam sementara karena segala aktivitas sebagian besar masih berpusat di rumah. Bila Anda tidak kemana-mana, coba simak lima judul film indie yang direkomendasikan oleh GoPlay untuk menemani akhir tahun 2020 meski tidak bepergian kemana-mana.

One of Those Murder
Ide pembuatan film bergenre komedi kelam ini berawal dari kemarahan sang sutradara, Jerry Hadiprojo, tentang budaya selalu ingin menjadi viral yang belakangan marak di masyarakat.

“Keinginan menjadi viral mendorong seseorang melakukan hal-hal tidak baik yang tidak sedikit juga akhirnya bahkan berujung mencelakakan orang lain. Orang seakan tidak peduli atas dampak dari apa yang mereka lakukan, asalkan konten yang mereka buat viral dan jadi pembicaraan masyarakat,” kata Jerry, dikutip dari siaran resmi, Minggu.

Baca juga: Daftar "Comfort food" pelipur lara pandemi COVID-19 di 2020

Film berdurasi 10 menit 37 detik ini menjadi sindiran Jerry pada budaya viral yang banyak disalahgunakan saat ini. "One of Those Murder" bercerita tentang dua orang office boy, Wibi (Getar Jagatraya) dan Ipul (Yudhi Arfani) yang menemukan mayat seorang perempuan di area gudang. Budaya viral mendorong mereka untuk merekam penemuan mayat tersebut dengan cara-cara yang nyeleneh tanpa rasa simpati, padahal mayat tersebut adalah teman satu kantor mereka.

"One of Those Murder" sudah hadir di sejumlah festival bergengsi dan mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Silver Award for Best Dark Comedy dan Bronze Award for Best Acting Duo pada Independent Shorts Awards 2019 di Los Angeles, serta Outstanding Achievement Award pada Druk International Film Festival 2019 di Bhutan.
Friends (HO/GoPlay)


Baca juga: Ingin angkat isu sensitif lewat film? Ini tips Garin Nugroho

Friends
Friends adalah kisah dua orang sahabat Joko (Suratin) dan Widodo (Sugeng) yang sepanjang hidup mereka selalu berkelahi. Uniknya, bukan berkelahi secara fisik tapi masing-masing karakter punya hobi yang memancing kemarahan yang lain. Joko hobi menembaki ayam kampung milik Widodo, sedangkan Widodo selalu membalas keisengan Joko dengan membakar tembok rumahnya.

Yandi Laurens, sang sutradara, mengajak penonton untuk menikmati suguhan rasa sayang dua orang sahabat dengan penggambaran watak yang unik. Film berdurasi 13 menit ini bisa jadi tontonan seru yang membuat penonton senyum-senyum sendiri melihat tingkah Joko dan Widodo. Jika mengutip pernyataan sutradara yang juga menggarap film "Keluarga Cemara" ini, film pendek selalu punya tempat tersendiri di hati masyarakat.

Baca juga: Enam film Indonesia ini tayang terbatas di laman Festival Film Locarno

Baca juga: "Kucumbu Tubuh Indahku" dan "Ambu" wakili Indonesia di Asia Pasifik

Baca juga: Sosok "nekat" Muhammad Khan di mata Rianto sang Penari Lanang

   
Moth (HO/GoPlay)


Moth
Moth atau ngengat bercerita tentang Yeni (Sekar Sari), seorang perempuan yang merasa tidak bahagia karena kehidupannya yang miskin dan tinggal di desa terpencil. Sebagaimana ngengat yang selalu mengerumuni lampu yang terang, Yeni meyakini bahwa ia tidak akan pernah merasa bahagia jika selamanya tinggal di desa yang miskin. Ia bermimpi bisa tinggal di kota, dengan gemerlap indahnya warna lampu, kehidupan yang dinamis, dan kesempatan untuk bertemu banyak orang.

Sang sutradara, Adrian Permata Scanlon, menceritakan makna kebahagiaan lewat kacamata sederhana seorang Yeni yang mencari kebahagiaan lewat mimpi akan perubahan. Kebahagiaan disimbolkan pada tato berbentuk hati di pergelangan tangan Yeni, yang berubah warna ketika ia merasa bahagia.

Baca juga: Lima hal menarik di FFI tahun ini

Baca juga: Garin Nugroho merasa filmnya tak cocok di ajang Oscar

 
Pintu (HO/GoPlay)


Pintu
Apa jadinya jika dalam suatu momen bahagia, atau lebih tepatnya ketika sedang makan bersama dengan orang tercinta, seorang pria tersedak dan bangun di suatu ruangan asing? Tidak hanya itu, di ruangan asing itu dia (Khiva Iskak) bertemu dengan seorang pria berdasi yang akan mewawancarainya mengenai kehidupan yang telah ia jalani untuk memutuskan hidup dan matinya sang pria tersebut. Bingung, marah, sekaligus kaget bercampur menjadi satu.

Penulis skenario dan sutradara Ryan Monoarfa mengajak penonton untuk menyelami makna kehidupan sekaligus bersiap akan sesuatu hal ekstrem yang bisa saja terjadi dalam waktu yang tak terduga. Persoalan kepercayaan, pasangan, cinta, dan jati diri diramu dalam film berdurasi sembilan menit ini.

Baca juga: Sutradara "Humpday" Lynn Shelton meninggal dunia di usia 54 tahun

Baca juga: Robot sungguhan akan jadi aktor utama film komedi

 
The Whisper (HO/GoPlay)


The Whisper
Dalam film berdurasi delapan menit, Martin Anugrah sang sutradara akan mengajak penonton merasakan langsung ketegangan yang sekaligus bikin bulu kuduk merinding.

"The Whisper" bercerita mengenai dua orang pria, yakni Martin (Martin Anugrah) dan Steve (Steve Pattinama) yang terpaksa harus menginap di sebuah losmen angker demi menghemat biaya perjalanan. Aura mencekam dan keanehan sudah mulai Martin rasakan sejak menginjakkan kaki di kamar losmen tersebut. Di menit ke dua, bisikan-bisikan halus mulai intens terdengar yang kemudian berlanjut dengan penampakan sosok seram berambut panjang. Meskipun berdurasi singkat, penonton bisa tetap merasa tegang dan takut.

---

Baca juga: "Sedeng Sang" raih enam penghargaan FFIL 2017

Baca juga: Robert Pattinson hanya terkenal via "Twilight"?

Baca juga: "Silver Linings Playbook" raih empat penghargaan film indie

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020