Singapura (ANTARA) - Mata uang Asia menguat pada Rabu, ketika dolar AS berada di bawah tekanan setelah calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen menegaskan akan lebih banyak stimulus, sementara ringgit dan saham Malaysia tetap stabil saat bank sentral negeri jiran ini mempertahankan suku bunga.

Mata uang regional menguat karena dolar AS mundur dari level tertinggi satu bulan, dengan won Korea Selatan, dolar Singapura dan baht Thailand diperdagangkan sekitar 0,2 persen lebih tinggi terhadap greenback.

Di Malaysia, ringgit diperdagangkan pada 4,042 per dolar, sejalan dengan level yang terlihat dalam perdagangan pagi, setelah bank sentral negara itu mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah 1,75 persen.

Lima dari 15 ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan langkah itu, tetapi mayoritas memperkirakan Bank Negara Malaysia (BNM) akan menurunkan suku bunga untuk mendukung ekonomi yang menghadapi lockdown baru di tengah melonjaknya kasus virus corona.

Saham-saham di Kuala Lumpur naik, dibantu oleh kekuatan di sektor keuangan setelah BNM mengatakan akan memperpanjang durasi fleksibilitas bagi lembaga perbankan untuk menggunakan obligasi pemerintah guna memenuhi kebutuhan cadangan wajib mereka.

"Keputusan tersebut sebagian besar didukung oleh keyakinan bahwa dampak dari langkah-langkah penguncian baru-baru ini akan dapat dikelola, dan lintasan pertumbuhan akan meningkat dari kuartal kedua dan seterusnya," kata Duncan Tan, ahli strategi suku bunga di DBS Bank.

"Proyeksi BNM untuk pertumbuhan ke titik terendah pada kuartal kedua bisa lebih cepat dari beberapa ekspektasi, yang dapat mendorong penguatan ringgit Malaysia selama beberapa hari ke depan."

Bursa saham Indonesia menjadi top gainer di pasar ekuitas regional, sementara rupiah juga menguat 0,2 persen menjelang pertemuan bank sentral pada Kamis (21/1/2021).

Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan suku bunga stabil di 3,75 persen, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan, dengan analis menunjuk ke bank sentral yang menghadapi kebutuhan untuk menjaga perbedaan suku bunga agar menarik bagi investor asing setelah kenaikan imbal hasil obligasi AS baru-baru ini.

Mata uang dan obligasi Asia telah tertinggal karena prospek belanja pemerintah yang lebih banyak di bawah pemerintahan Joe Biden mendorong imbal hasil surat utang negara AS meningkat awal bulan ini, mengurangi daya tarik beberapa utang pemerintah dengan imbal hasil tinggi di kawasan itu.

Saham-saham Filipina memangkas beberapa kerugian pada perdagangan sore, tetapi berakhir lebih rendah untuk hari keempat berturut-turut, sementara saham-saham di Thailand merosot.

Baca juga: Dolar jatuh, toleransi risiko meningkat didukung prospek stimulus AS
Baca juga: Anomali, rupiah cenderung melemah di tengah penguatan mata uang Asia
Baca juga: Pasar Asia bersiap untuk keuntungan moderat setelah Wall Street naik

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021