Jakarta (ANTARA) - Executive Director (Conventions, Meetings & Incentive Travel), Singapore Tourism Board, Dr Edward Koh mengatakan, Singapura mendorong batasan baru lewat teknologi dan kreativitas untuk menata lagi masa depan acara bisnis.

Upaya itu dilakukan bersama para pelaku industri MICE.

"SingapoReimagine MICE Virtual Show mendemonstrasikan bagaimana kami mengubah model industri untuk meraih peluang baru, dan memperkuat reputasi kami sebagai destinasi yang aman, terpercaya, dan inovatif untuk acara bisnis. Kami berharap delegasi dari seluruh dunia bergabung dengan kami dalam perjalanan eksplorasi dan menghidupkan kembali impian perjalanan ke Singapura," kata Edward di peluncuran SingapoReimagine MICE Virtual Show, Rabu.

Baca juga: Malaysia membuka kembali aktivitas MICE

Baca juga: Pemprov Bali dan BI dorong asosiasi bersatu bangkitkan MICE

Acara tersebut adalah kolaborasi antara STV dan pelaku industri MICE di Singapura yang berlangsung pada 3 dan 4 Maret 2021. Acara ini menampilkan program yang dikelola di Singapura yang mencakup tur budaya dan rekreasi yang disiarkan secara langsung, kelas memasak, juga diskusi panel langsung dengan para pemimpin industri terkait penyelenggaraan acara percontohan di Singapura.

Edward mengatakan, pandemi memberi para pelaku industri waktu untuk beradaptasi menghadapi situasi yang berbeda setelah pandemi terjadi di dunia. Dia optimistis akan masa depan pariwisata yang lebih cerah.

Langkah pencegahan agar tidak terjadi penyebaran virus serta protokol kesehatan tak bisa lepas dari penyelenggaraan acara-acara luring. Ini akan memakan biaya lebih besar dibandingkan penyelenggaraan sebelum pandemi, tapi hal itu memang harus dijalani.

"Pada akhirnya hasilnya akan sepadan karena saat ini orang-orang rindu interaksi secara langsung," kata Assistant Chief Executive, Singapore Tourism Board Jeannie Lim.

Pada November 2020, Singapura sudah membuat pameran wisata TravelRevive yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat dan dihadiri hampir 1000 peserta.

Keamanan peserta dijaga lewat kontrol ketat yang harus dipatuhi. Peserta wajib melakukan tes swab antigen dan baru boleh masuk bila hasilnya negatif.

Bukan cuma penyelenggara yang beradaptasi dengan model baru, peserta juga harus mengikuti aturan yang diberlakukan, termasuk menunggu hasil tes usap antigen selama 30 menit.

Berkaca dari pengalaman itu, Associate Director, Development, Professional Convention Management Association (PCMA) Patricia Cheong mengatakan ke depannya penyelenggara bisa mencontoh apa yang dilakukan restoran ternama ketika calon pengunjung harus menunggu giliran masuk saat kapasitas penuh. Restoran itu, kata dia, memberikan minuman dan camilan gratis agar pengunjung tidak bosan meski masih di daftar tunggu.

Dia mengatakan, penyelenggara acara bisa berinovasi dengan membuat area yang lebih nyaman, seperti mengganti kursi biasa dengan sofa, menata ruangan seperti ruang tunggu di bandara atau menyediakan hiburan.

Berbicara soal prediksi tren acara MICE di masa mendatang, dia mengatakan acara-acara akan kembali dilangsungkan tapi dalam skala kecil, seperti regional.

Dari acara-acara berskala kecil itu, penyelenggara bisa terus mencari cara terbaik dalam membuat acara lebih besar namun tetap aman.

"Bila ada kesalahan, kita bisa belajar dari situ sehingga perbaikan bisa diterapkan untuk acara yang lebih besar."

Senior Vice President, Managing Director, Asia Pacific, Align Technology Julie Tay, menambahkan wisatawan bisnis nantinya bukan cuma mementingkan keamanan, tetapi juga perjalanan yang mulus dan mudah.

"Kalau harus melakukan perjalanan satu hari tapi terjebak tiga jam di bandara, tentunya akan jadi persoalan," kata Julie.

Baca juga: Jelajah hingga memasak di Singapura lewat acara virtual

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021