Pamekasan (ANTARA News) - Antrean minyak tanah di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Selasa, berlangsung ricuh.

Wartawan ANTARA di Pamekasan melaporkan kericuhan itu dipicu para pembeli yang berebut untuk mendapatkan jatah beli minyak tanah, sehingga terjadi aksi dorong antarsesama pembeli.

Para pembeli berebut untuk mendapatkan jatah beli lebih awal dengan cara menempatkan jerigen paling depan untuk mendapatkan jatah beli lebih awal.

Namun, ada oknum yang merusak dengan melubangi jerigen mereka. Salah satunya seperti yang dialami Halimatus Sakdiyah (37), warga Kecamatan Kota Pamekasan.

"Sudah lima kali ada yang merusak jerigen saya seperti ini," katanya.

Tidak hanya Halimatus, para pembeli minyak tanah yang di pangkalan minyak tanah milik Sutikno Jalan Kesehatan Pamekasan ini mengaku mengalami hal yang sama.

Bahkan, yang membuat para pembeli makin marah karena jatah jual oleh pihak pangkalan tidak sama. Ada yang mendapat jatah beli lima liter, namun banyak juga yang lebih.

Akibat aksi saling dorong ini, para pembeli minyak tanah ini nyaris baku hantam karena berebut untuk mendapatkan jatah beli.

Kericuhan antarsesama pembeli mulai reda, setelah petugas kepolisian dari jajaran Polres Pamekasan tiba di lokasi kejadian.

Satu persatu para pembeli minyak tanah yang sebelumnya sempat adu mulut dan nyaris baku hantam itu pun kembali antre dengan tertib.

Menurut pemilik pangkalan minyak tanah Sutikno, antrean warga membeli minyak tanah sudah terjadi sejak enam bulan lalu atau sejak jatah distribusi minyak tanah dari pihak Pertamina di Pamekasan berkurang.

"Namun yang ricuh baru kali ini," tutur Sutikno.

Yang membuat warga rela antre untuk mendapatkan jatah beli minyak tanah di pangkalan milik Sutikno di Jalan Kesehatan Pamekasan ini, karena harga harga jual minyak tanah di pangkalan ini hanya Rp3.500,00 per liter.

Sementara di pangkalan lain seperti di Jalan Raya Bahagia dan di Jalan Pintu Gerbang, harga eceran minyak tanah rata-rata Rp4.500,00 per liter.(KR-ZIZ/B/E011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010