Jakarta (ANTARA News) - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan Ph.D mengatakan, pihaknya menyelenggarakan acara "Malam Bersama Duta Besar (Night with Ambassadors)" untuk mempertemukan para diplomat negara dan luar negara (non-state) dari berbagai kalangan usia .

Ia mengatakan diplomasi bukan lagi terbatas sebagai domain kegiatan negara, apalagi Kementerian Luar Negeri.

"Siapapun yang punya jejaring regional maupun global perlu paham tentang cara-cara berdiplomasi dan bagaimana negara kita dipandang oleh negara lain," kata Anies dalam sambutannya pada pembukaan acara tersebut yang digagas Program Pasca-Sarjana Paramadina (PGS) di Jakarta, Kamis malam.

Menurut dia, pertemuan informal semacam ini diharapkan bisa mendekatkan para pelaku diplomasi, sekaligus memberi peluang berbagi pengalaman, yang nantinya bisa membantu menciptakan inovasi pendekatan baru dalam berdiplomasi.

Sejumlah diplomat dan tokoh politik dan ekonomi bicara tentang Indonesia di mata mereka dalam satu kegiatan pembentukan jejaring di kampus PGS di Gedung Energi, kawasan SCBD, Jakarta.

Di antara para diplomat tampak Duta Besar Amerika serikat, Cameron R. Hume, yang tidak lama lagi akan mengakhiri tugasnya di Indonesia, Dubes Uni Eropa Julian Wilson dan Kuasa usaha ad Interim Chile Maria Fernanda Vila.

Selain membahas topik "Indonesia di mata mereka", para diplomat dan 150-an hadirin asyik berdiskusi dan berbincang bersama teman lama dan kenalan baru mereka.

Di antara perbincangan itu muncul pendapat, dan tanya jawab informal yang penuh warna dan juga saran serta cerita ringan yang menarik.

Dubes Hume, misalnya, bercerita bahwa suatu ketika saat ia minum kopi di Starsbuck di Seattle, AS, ia diberi tahu bahwa kopi terbaik yang disajikan toko itu justeru datang dari Sumatera Utara.

Ia kaget karena sebelumnya tidak menyangka hal itu. "Barangkali Indonesia bisa lebih mempromosikan kopi Sumatera Utara ini," kata Hume.

Sebelum Hume, Julian Wilson juga bercerita bahwa salah satu komponen penting di salah satu jenis pesawat Airbus adalah buatan Indonesia.

"Ini artinya sebuah prestasi bangsa Indonesia yang patut diacungi jempol," ujarnya.

Sejumlah tokoh ikut menghangatkan suasana malam di lantai 22 gedung pencakar langit itu. Di antaranya tampak boss Medco Group Arifin Panigoro, dan mantan anggota DPR dari PAN Abdillah Toha. Selain itu, tampak juga diplomat muda dari Kementerian Luar Negeri, serta diplomat kawakan Indonesia Makarim Wibisono yang juga dosen di Paramadina, Direktur PGS Dinna Wisnu Ph.D serta sejumlah pimpinan redaksi media ternama di Jakarta.


Beasiswa bagi wartawan

Paramadina Graduate School (PGS) menawarkan lima program studi, masing-masing adalah Strategic Finance, Bisnis Keuangan Islam, Diplomacy and Strategic International Policies, Komunikasi Politik, dan Komunikasi Korporat.

Sebagaimana dua semester sebelumnya, pada semester ini PGS juga membuka peluang beasiswa bagi 10 wartawan dan aktifis LSM. "Untuk kuliah yang akan dimulai September mendatang, tenggat pendaftaran adalah 15 Juli 2010," kata Direktur Marketing & Humas Paramadina, Syafiq Basri Assegaff.

Saat ini terdapat 25 wartawan dan aktivis LSM tengah menyelesaikan studi pasca sarjana. Para wartawan di antara nya berasal dari Perum LKBN ANTARA, Seputar Indonesia, Pikiran Rakyat, Bisnis Indonesia, Detik.Com, majalah Nirmala, TvOne dan Metro TV.

"September ini enam di antara mereka memasuki semester terakhir dan 19 lainnya menginjak semester kedua," kata Syafiq.

Sumber dana beasiswa di PGS ini datang dari Indika Energy Foundation dan Medco Foundation dua lembaga nasional yang peduli pada kemajuan pendidikan di Indonesia. (M016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010