New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak dunia jatuh pada Jumat, setelah data pekerjaan buruk dari Amerika Serikat - negara konsumen energi terbesar di dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, turun 81 sen menjadi 72,14 dolar per barel pada penutupan Jumat.

Di London, minyak mentah Brent North Sea, juga untuk pengiriman Agustus, kehilangan 69 sen menjadi menetap pada 72,38 dolar.

Menjelang hari libur di Amerika Serikat pada Senin, harga minyak jatuh karena pedagang mencerna laporan pekerjaan Juni yang bervariasi menunjukkan ekonomi memangkas pekerjaan lebih banyak dari yang diperkirakan dan penurunan mengejutkan dalam tingkat pengangguran.

"Laporan pekerjaan Juni mendukung bukti lain yang menunjukkan bahwa perekonomian telah kehilangan momentum dalam beberapa bulan belakangan, tapi belum runtuh," kata ekonom Paul Dales dari konsultan Inggris Capital Economics.

Ekonomi Amerika melepaskan 125.000 pekerjaan pada Juni, setelah menambahkan sebuah revisi naik 433.000 pembayaran gaji (payrolls) non pertanian pada Mei, data resmi menunjukkan. Kebanyakan analis memperkirakan kehilangan 100.000 pekerjaan.

Tingkat pengangguran turun menjadi 9,5 persen dari 9,7 persen, mengalahkan perkiraan naik menjadi 9,8 persen, karena pekerja keluar dari angkatan kerja.

"Apa yang benar-benar mendorong pasar ini adalah kekhawatiran lebih lanjut tentang prospek ekonomi dalam melihat indikator ekonomi buruk minggu ini dari China dan Amerika Serikat," kata Adam Sieminski dari Deutsche Bank.

China pada Jumat mengatakan, ekonominya panas sekali telah ekspansi sebesar 9,1 persen pada 2009, direvisi naik dari angka sebelumnya 8,7 persen.

Namun revisi itu muncul menjelang data kuartal kedua keluar bulan ini yang diperkirakan menunjukkan konsumen energi terbesar kedua di dunia itu melambat dalam tiga bulan sampai Juni.

Harga minyak telah merosot lebih dari delapan persen minggu ini karena yang lemah memicu meluasnya kekhawatiran terhadap kekuatan pemulihan ekonomi global.

"Mengawali kuartal baru terlihat lebih sakit untuk pasar minyak," kata analis VTB Capital, Andrey Kryuchenkov. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010