Lagos (ANTARA News/AFP) - Sebanyak 12 pelaut asing yang diculik dua hari lalu di Delta Niger, daerah penghasil minyak Nigeria, dibebaskan Minggu, kata beberapa pejabat militer.

"Saya bisa memastikan kepada anda bahwa mereka sudah dibebaskan. Mereka kini dalam perjalanan menuju Bonny (terminal minyak utama di Delta Niger) dimana kapal mereka berlabuh," kata Letnan Kolonel Timothy Antigha, juru bicara pasukan keamanan khusus yang ditempatkan di daerah itu, kepada AFP.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas pembajakan BBC Polonia, kapal yang terdaftar di negara Karibia Antigua dan Barbuda, dan penahanan awak asingnya, yang mencakup kapten Jerman yang berusia 71 tahun.

Kelompok bersenjata utama Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND) mengatakan, mereka "tidak terlibat dalam serangan ini namun mengetahui kelompok yang melakukan penculikan itu".

Para pejabat keamanan menyatakan belum mengetahui siapa yang mendalangi penyerangan dan penculikan itu.

Juru bicara angkatan laut David Nabaida mengatakan, orang-orang yang diculik itu diturunkan di sebuah kapal penangkap ikan dan angkatan laut kemudian mengambil mereka.

Sejumlah warga Jerman dan Rusia termasuk diantara 12 pelaut yang diculik dalam serangan Jumat, yang dikabarkan melukai seorang pelaut Ukraina.

Ratusan warga lokal dan asing diculik di Delta Niger dalam beberapa tahun ini, di tengah konflik yang berkobar di wilayah penghasil minyak di Nigeria itu. Program amnesti pemerintah telah gagal melenyapkan militansi sepenuhnya.

MEND pada awal Februari membatalkan gencatan senjata yang telah berlangsung tiga bulan dan mengancam melancarkan serangan habis-habisan terhadap industri minyak Nigeria, negara anggota OPEC.

Pada Juni 2009, almarhum Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.

Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan.

MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.

MEND, kelompok paling lengkap persenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni 2009.

Kelompok itu telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru.

MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron dan Agip.

Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.

Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei 2009, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010