Jakarta (ANTARA) - Ramadhan adalah bulan ibadah dan kebersamaan, namun ibadah malam dan sahur pada dini hari dapat membuat kebiasaan tidur berubah.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang berpuasa tidur sekitar satu setengah jam lebih sedikit dari biasanya. Kualitas tidur juga bisa terganggu karena dibagi menjadi waktu tidur terpecah-pecah selama periode 24 jam. Oleh karena itu, dokter menyarankan untuk mengatur jadwal tidur yang bisa diterapkan selama sebulan, dan untuk memastikan setiap orang bisa tidur setidaknya empat jam tanpa gangguan di malam hari.

Baca juga: Tips aman berpuasa bagi penderita GERD

“Tidur adalah bagian penting dari menjaga kesehatan yang memungkinkan tubuh untuk mengisi energi dan memulihkan diri. Kurang tidur dapat memengaruhi suasana hati serta kesehatan fisik seseorang, termasuk penambahan berat badan hingga peningkatan risiko penyakit jantung atau bahkan diabetes," kata Dr Sobia Farooq, ahli paru di Klinik Cleveland Abu Dhabi, dikutip dari Gulf News, sabtu.

Rata-rata, orang dewasa membutuhkan antara tujuh setengah hingga delapan jam tidur setiap malam, sedangkan anak-anak berusia enam hingga 12 jam membutuhkan antara sembilan hingga 12 jam tidur setiap hari.

Dr Muhammed Anas Ayoob, spesialis penyakit paru di Rumah Sakit Spesialis NMC, mengatakan banyak orang menghadapi kurang tidur akut pada malam hari, yang menyebabkan lelah, mengantuk, dan perubahan suasana hati di siang hari.

“Penelitian telah menunjukkan penundaan waktu tidur dan bangun yang tiba-tiba pada peserta yang menjalankan Ramadhan jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Selain itu, persentase subjek yang bangun setelah jam 12 siang secara signifikan lebih tinggi pada minggu ketiga Ramadhan, dan kantuk di siang hari lebih tinggi secara signifikan. Terakhir, persentase siswa yang mengatakan mereka tertidur secara tidak sengaja di kelas meningkat secara signifikan dari 15 persen sebelum Ramadhan menjadi 36 persen di bulan Ramadhan," kata Dr Ayoob.

Baca juga: Suplemen vitamin saat Ramadhan, apa dan kapan sebaiknya dikonsumsi?

Kurang tidur dapat menyebabkan perubahan suasana hati, nyeri sendi, dan rasa kantuk.

“Mengantuk dapat mengganggu fungsi kognitif, merusak daya ingat, menyebabkan perubahan kepribadian, bahkan depresi. Mengemudi dalam keadaan mengantuk terbukti lebih berbahaya daripada mengemudi di bawah pengaruh alkohol," Dr. Farooq memperingatkan.

Dokter memperingatkan akumulasi kurang tidur memiliki banyak dampak yang lebih berbahaya, termasuk peningkatan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Merencanakan rutinitas tidur baru selama Ramadhan bisa membantu mengurangi risiko kurang istirahat. Dr Ayoob mengatakan orang-orang harus menargetkan setidaknya waktu tidur selama empat jam di malam hari, idealnya sebelum bangun untuk sahur, dan kemudian tidur beberapa jam lagi setelah shalat subuh sebelum menjalankan aktivitas.

Dr Farooq juga merekomendasikan untuk tidur siang jika memungkinkan. “Tidur siang bisa menjadi cara yang fantastis untuk mengejar sedikit tidur dan membantu orang merasa lebih berenergi. Namun, penting bagi masyarakat untuk mengatur tidur siangnya dengan benar untuk mendapatkan manfaatnya. Saya menyarankan orang membatasi tidur siang mereka hingga 20 menit dengan menyetel alarm, karena tidur lebih lama dari ini bisa menjadi kontraproduktif dan menyebabkan perasaan lebih lelah dan pening daripada sebelumnya, ”katanya.

Pola makan dan aktivitas fisik memainkan peran penting dalam memastikan kualitas tidur.

Kurangi konsumsi makanan berat yang kaya lemak jenuh dan karbohidrat pada periode sebelum tidur. Ini akan membantu pencernaan yang lebih baik sebelum dan selama tidur. Aktivitas fisik sedang hingga tinggi juga sangat efektif dalam memastikan kualitas tidur.

Orangtua juga harus memastikan anak-anak mereka dapat waktu tidur yang cukup. Coba batasi waktu menonton di gawai sebelum tidur agar cahaya biru tidak mengganggu tidur mereka.


Baca juga: Pengidap GERD tetap dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan

Baca juga: Tips siapkan makan sahur tanpa harus hangatkan hidangan buka puasa

Baca juga: Cara mengenalkan puasa pada anak

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021