Dengan harga sebesar itu mustahil. Kami tak mampu. Semua klub kesulitan keuangan, tak terkecuali kami
Jakarta (ANTARA) - Yang menarik dari kompetisi dalam dunia olahraga adalah justru hal itu mendorong orang untuk sportif mengakui kekurangan dan kekurangan ini memicu orang itu untuk tampil lebih baik.

Ini salah satunya ditunjukkan oleh Jesse Lingard, pemain Manchester United yang dipinjamkan kepada West Ham United sampai akhir musim 2020/2021.

Tidak satu kali pun dimainkan Setan Merah selama musim ini, Lingard dipinjamkan kepada West Ham pada 29 Januari 2021.

Baca juga: Jesse Lingard dibidik PSG, Madrid, dan Inter Milan

Lingard menganggap MU klub impiannya sampai dia pun terpukul saat santer bakal dilepas. Dia juga terpukul setelah tak diberi kesempatan justru ketika merasa sudah siap mempersembahkan segalanya untuk Setan Merah.

"Saya sudah kembali pada kondisi paling kuat dan bugar (dalam skuad Man United) setelah lockdown, tapi saya tak diberi kesempatan," kata sang gelandang serang, 15 Februari lalu.

Apa daya, Manajer Manchester United Ole Gunnar Solksjaer kelebihan pemain berposisi sama dengan Lingard.

David Moyes yang pernah melatih Lingard delapan tahun lalu di Manchester United lalu melirik pemain ini sebagai pilihan cerdas yang mesti masuk skuad West Ham. Moyes tahu West Ham memerlukan pemain lebih dari sekadar striker setelah Sebastian Haller hengkang ke Ajax sehingga Michail Antonio menjadi satu-satunya spesialis di depan gawang.

Moyes tak memiliki kemewahan untuk belanja besar guna menutup kekurangan West Ham sampai kemudian MU menawarkan Lingard.

Moyes tahu Lingard bisa berlaku sebagai striker tapi juga bisa melebar ke kanan dan kiri, selain berperan jauh ke dalam. Pemain serba bisa seperti ini merupakan asset penting yang bisa mewujudkan impian West Ham menggenggam tiket Eropa.

Moyes tak salah. Gelandang berusia 28 tahun itu tampil luar biasa di bawah asuhannya. Sejak awal Moyes yakin kepada kemampuan Lingard sehingga langsung menjadi starter dan kepercayaan ini dibayar tunai oleh Lingard dengan penampilan cemerlang dari satu laga ke laga lain. Sepuluh kali memperkuat West Ham, sembilan kali dia mencetak gol dan tiga assist. Dia bahkan selalu menciptakan gol dalam lima pertandingan liga terakhirnya, bahkan menyarangkan dua gol saat menggebuk Leicester City 3-2 pada 11 April.

Si anak terbuang pun seketika memaksa klub-klub besar menoleh kepadanya. Tottenham Hotspur sebelum Jose Mourinho dipecat turut membidiknya. Juga Arsenal dan Inter Milan yang sudah menampung beberapa alumnus MU. Pun Real Madrid dan Paris Saint Germain yang tak ketinggalan memonitor gelandang yang dipanggil lagi oleh Gareth Southgate untuk masuk timnas Inggris menghadapi Piala Eropa musim panas nanti itu.

Baca juga: Solskjaer akan sambut Jesse Lingard bila kembali ke Manchester United



Tiket Liga Champions

Masih ada enam pertandingan liga tersisa dan ini panggung besar bagi Lingard untuk semakin menggoda klub-klub besar, termasuk memaksa Man United berubah pikiran.

Jika harus memilih, Lingard yang dibanderol 30 juta pound (Rp604 miliar) oleh MU mungkin akan menjatuhkan pilihan kepada klub pemegang tiket Liga Champions. Jika West Ham tak berhasil mempermanenkan Lingard, maka MU, Inter, PSG atau Madrid menjadi pilihan realistis mengingat keempat klub hampir pasti melenggang ke Liga Champions musim depan.

Klub yang memegang tiket Liga Champions juga menggoda pemain Tottenham Hotspur Harry Kane dan Erling Braut Haaland dari Borussia Dormund.

Kane gundah gulana karena timnya terancam tak bisa masuk teater Eropa, selain tak kunjung merasakan trofi juara liga. Dia berniat mencari tantangan baru seandainya Spurs tak masuk zona Eropa.

Niatnya itu seketika membangunkan Chelsea, Madrid, dan duo Manchester untuk menariknya, apalagi Man United yang tetap kebingungan mencari striker murni meskipun sudah memiliki Edinson Cavani yang belakang membaik penampilannya. Sayang, Cavani ingin bermain di Amerika Selatan.

Baca juga: Real Madrid pantau Hary Kane

Kane juga diincar mantan mentor yang mengenalkan dia kepada Liga Champions yang kini melatih Paris Saint Gemain, Mauricio Pochettino. Kane dihubungi sebagai jaga-jaga jika Kylian Mbappe meninggalkan PSG musim depan.

Kekalahan melawan Manchester United kian menguatkan spekulasi Kane hengkang ke klub lain karena Spurs masih menjauh dari empat besar. Seri 2-2 melawan Everton pada 16 April ketika Kane memborong dua gol tak menyurutkan niat striker yang sudah mempersembahkan 219 gol dari 330 penampilan bersama Spurs ini, untuk pindah.

Namun jika sampai pemain berusia 27 tahun itu jatuh ke tangan MU atau City yang ditinggalkan Sergio Aguero musim depan, jelas Spurs terpukul. Namun akan lebih memalukan jika Kane jatuh ke tangan tim satu kota Chelsea yang masih belum juga berhasil memancing keluarnya penampilan terbaik Timo Werner sekalipun kursi pelatih sudah diisi Thomas Tuchel.

Sama seperti dengan Lingard, Kane tertarik kepada tim-tim yang memegang tiket Liga Champions dan semua klub yang mengincar dia kemungkinan besar finis empat besar musim ini. Tetapi kemenangan 2-1 atas Southampton 21 April lalu membuat peluang Spurs yang kini ditangani pelatih belia, Ryan Mason, untuk finis empat besar terbuka kembali. Dan ini bisa mengurungkan niat Kane yang dipasangi harga 175 juta pound (Rp3,5 triliun) oleh Spurs.

Baca juga: MU disarankan untuk pertahankan Cavani daripada beli Haaland atau Kane

Harga jadi kendala

Situasi mirip dihadapi Erling Braut Haaland di Borussia Dortmund. Striker Bayern Muenchen Robert Lewandowski menyebut pemain ini calon striker terbaik di dunia, sedangkan The Athletic memprediksi pesepak bola Norwegia ini bakal menjadi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo berikutnya.

Dalam sepak bola tingkat klub musim ini, dia sudah menjaringkan 21 gol non penalti. Jumlah ini terpaut delapan gol dari Lewandowski dan hampir sama dengan yang diciptakan Lionel Messi serta dua gol lebih banyak dari Cristiano Ronaldo.

Tetapi Haaland 12 tahun lebih muda dari ketiga pemain itu dan memperkuat klub lebih inferior ketimbang Bayern, Barca dan Juve di mana Lewandowksi, Messi dan Ronaldo bermain.

Sejak tiba dari Red Bull Salzburg awal tahun lalu, Haaland sudah mencetak 36 gol untuk Dortmund dalam 38 pertandingan liga.

Haaland hampir selalu mencetak gol selama 90 menit bertanding atau mendekati apa yang dilakukan Lewandowski dan Luis Muriel dari Atalanta yang memiliki rata-rata 1,49 gol per 90 menit.

Namun dibandingkan dengan pemain-pemain di bawah usia 23 tahun lainnya, termasuk Mbappe, kemampuan Haaland dalam mencetak gol sungguh tak tertandingi.

Dia predator sejati sampai-sampai hampir semua lawannya, termasuk saat perempat final Liga Champions lalu ditempel ketat oleh bek-bek, termasuk salah satu bek terbaik dunia saat ini, Ruben Diaz.

Baca juga: Barca terus buru Haaland tapi akui harganya terlalu mahal

Dengan kualitas, kecepatan, fisik dan naluri mencetak golnya yang tinggi, Haaland menjadi incaran konstan raksasa-raksasa sepak bola Eropa baik di Inggris, Spanyol, Prancis, Italia maupun Jerman.

Masalahnya, pemain ini memiliki satu kendala yang menyulitkan semua klub yang mengincarnya, yakni harga selangit yang tidak realistis pada masa pandemi di mana keuangan banyak klub terkikis, termasuk raksasa- raksasa itu.

Dengan gaji bersih 30 juta euro (Rp523 miliar) per tahun, klub Liga Inggris harus menyediakan 1 juta pound (Rp20 miliar) per pekan atau 142 ribu pound (Rp2,8 miliar) per hari agar bisa mendatangkan Haaland. Tak ada satu pemain Liga Inggris yang bergaji sebesar ini.

“Dengan harga sebesar itu mustahil. Kami tak mampu. Semua klub kesulitan keuangan, tak terkecuali kami,” kata manajer Manchester City Pep Guardiola.

Lingard, Kane dan Haaland adalah tiga dari segelintir bintang yang bakal menjadi sorotan besar dalam bursa transfer musim panas nanti. Tiket Liga Champions adalah faktor sangat menarik bagi pemain-pemain seperti ini untuk meninggalkan klub mereka.

Baca juga: Paul Scholes berharap MU pilih Erling Haaland dibanding Harry Kane

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021