Bandung (ANTARA News) - Wakil Gubernur Jawa Barat Yusuf Macan Efendi atau Dede Yusuf yang juga mantan artis mengaku pernah "disakiti" oleh awak infotainment.

"Saya pernah disakiti oleh infotainment. Walaupun wawancara, ini masih sopan (sambil memegang recorder salah seorang dan meletakkan di bawah dadanya). Kalau mereka (pekerja infotaiment) itu kadang-kadang kamera dan mic didekatkan ke muka," kata Dede Yusuf di Bandung, Kamis.

Menurutnya, kendati merasa sering disakiti infotainment dia sudah melupakan dan memaafkan kesalahan pekerja infoitanment.

"Saking sering saya sudah lupa, tapi saya legowo dengan tindakan mereka," ujar pemeran tokoh Kendi dalam film Catatan Si Boy ini.

Dede setuju dengan rencana Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang mengusulkan tentang sensor tayangan infotainment di stasiun-stasiun televisi dan menyarankan pekerja infotainment mengikuti kursus etika jurnalis supaya bisa menyajikan berita yang faktual.

"Kebanyakan wartawan infotainment itu orang-orang rumah produksi. Mereka hanya diajari sedikit cara megang kamera, bertanya tapi tidak pernah diajarkan etika jurnalistik," ujar Dede.

KPI melontarkan wacana itu terkait banyaknya pengaduan masyarakat yang kecewa dengan tayangan "infotainment". Sebagian besar laporan itu menyatakan "infotainment" bertentangan dengan prinsip-prinsip jurnalistik.

Awalnya, "infotainment" masuk dalam kategori berita. Namun, KPI akhirnya menemukan berbagai bentuk pelanggaran prinsip jurnalistik dalam setiap tayangannya.

Oleh karena itu, rapat koordinasi nasional KPI memunculkan wacana bahwa "infotainment" bukan berita. Rencananya, KPI akan bertemu dengan Dewan Pers untuk membahas hal itu.

Salah satu alasan ditetapkanya infotainment sebagai tayangan program nonfaktual oleh KPI adalah isi tayangannya tidak mendidik.

Selain Wakil Gubernur Jawa Barat, anggota Komisi I DPR RI sepakat mendukung penuh KPI menyensor program infotainment stasiun-stasiun televisi untuk menghindari pelanggaran etika, agama, moral, budaya, dan sosial.(*)

KR-ASJ/Y003/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010