Hong Kong (ANTARA News) - Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, memanfaatkan akhir pekannya untuk berbelanja baju dan sepatu di Hong Kong, di mana dia memiliki sebuah rumah dan putrinya belajar di universitas di pulau itu, kata laporan media setempat Minggu.

Kunjungan berbelanja Mugabe terjadi beberapa hari setelah dia mengunjungi World Expo di Shanghai, untuk Hari Zimbabwe, sebagaimana dikutip dari AFP.

China tidak ikut ambil bagian dalam pemberian sanksi internasional kepada Mugabe, yang menjadi subyek larangan perjalanan negara-negara Barat dan pembekuan asetnya.

Satu regu petugas dari satuan perlindungan VIP kepolisian Hong Kong mengawal presiden berusia 80-an itu Sabtu, pada saat dia mengunjungi pertokoan di distrik kota Kowloon, menurut media setempat.

Seorang juru bicara pemerintah dikutip mengatakan, Mugabe tidak dalam kunjungan resmi.

Putri Mugabe, Bona, menempuh pendidikan akutansi di City University Hong Kong, sedangkan dia memiliki sebuah rumah di distrik terpencil New Territories, menurut Sunday Morning Post.

Isteri sang pemimpin, Grace memicu sengketa diplomatik tahun lalu, ketika dia mengelak dari serangan tuduhan-tuduhan setelah didakwa menyerang seorang fotografer Inggris pada saat dia mengambil gambarnya saat berbelanja.

Departemen kehakiman Hong Kong mengatakan, dia menyandang imunitas diplomatik sebagai isteri presiden Zimbabwe, suatu keputusan yang memicu badai kritik.

Di Shanghai, Mugabe pada Rabu menyatakan terima kasih atas dukungan China dalam membantu pembangunan kembali kehancuran ekonomi negaranya.

Dia mengatakan, negaranya "sangat diuntungkan oleh kemurahan hati China di beberapa sektor, termasuk pasokan alat-alat pertanian, dan bantuan pangan karena cuaca buruk telah merusak panen kami."

Sebagai lumbung pangan Afrika Selatan, kekurangan pangan Zimbabwe disebabkan oleh kekeringan dan melumpuhkan program reformasi tanah Mugabe.

Pada Februari, Uni Eropa memperbarui sanksi-sanksi terhadap Mugabe dan kalangan dekatnya selama setahun lagi, dengan alasan kurangnya dicapai kemajuan dalam melaksanakan reformasi politik dan hak-hak asasi manusia.
(H-AK/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010