Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Rahadi Zakaria, mengungkapkan kekurangsetujuannya atas pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai keberhasilan Indonesia menekan angka kemiskinan..

"Buktinya, menurut ukuran UNDP, peringkat IPM Indonesia di urutan 111 dengan indeks 0,734, atau masih di bawah satu tingkat bangsa Palestina yang berada di posisi 110 dengan indeks 0,737. Dan jauh di bawah Malayisa yang berada di peringkat 66 dengan indeks 0,829," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Senin malam.

Ia mengatakan itu, menanggapi Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sehubungan Perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan ke-65 RI, dan Pidato Pengantar Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (RAPBN) 2011, Senin siang.

"Data UNDP yang dipakai fraksi kami tersebut sekaligus sesungguhnya mengoreksi pernyataan tentang telah berkurangnya angka kemiskinan kita akibat pertumbuhan ekonomi. Jadi, sebenarnya tidak ada kaitannya itu dengan angka kemiskinan dan capaian IPM," katanya.

Artinya, demikian Rahadi Zakaria, angka kemiskinan dalam kenyataannya belum teratasi.

"Yang terjadi adalah sebaliknya. Ini parameternya jelas kan. IPM kita itu masih belum menggembirakan. Artinya daya beli, tingkat kesehatan dan akses pendidikan yang merupakan komponen IP dalam psosi yang menyedihkan," ungkapnya.


Tugas Pemerintah

Karena itu, menurut Rahadi Zakaria, tugas Pemerintah sekarang, ialah, menekan kemiskinan melalui program-program pro rakyat sebenar-benarnya, bukan skim-skim yang hanya dinikmati oleh bukan rakyat kecil sesungguhnya.

"Ini kan yang terjadi sekarang. Lalu keluar `statement` Pemerintah telah berhasil menekan kemiskinan (karena banyaknya program skim itu), dan itu semua akhirnya telah terkoreksi dengan data yang ada dari UNDP ini," katanya.

IPM, menurutnya, memang sangat mencakup, karena ada indikator daya beli masyarakat, tingkat kesehatan dan pendidikan.

"Peringkat Indonesia sejak 2007 relatif konstan. Lihat saja datanya dari UNDP. Tahun 2007 peringkat 111 dari 182 Negara, Filipina ketika itu pada posisi 105. Lalu tahun 2008, Indonesia bisa naik ke 107, tetapi Filipina melonjak lebih jauh pad angka 90. Nanti pada 2009 barusan, kita turun peringkat lagi ke 111, sementara Filipina kembali ke asalnya juga, 105," ungkapnya.

Lalu tahun ini, demikian Rahadi Zakaria, Indonesia berada satu peringkat di bawah Palestina.

"Kita tetap pada posisi 111, sedangkan Palestina di peringkat 110.Ini data tambahan sebagai pembanding betapa angka kemiskinan sesungguhnya masih belum dapat ditekan," katanya.


Sasaran RAPBN

Namun Rahadi Zakaria atasnama fraksinya juga memberi apresiasi atas ditetapkannya 10 sasaran RAPBN 2011, yang diharapkan bisa membantu menaikkan peringkat IPM kita.

"Jika ada yang bertanya, mungkinkah kita bisa menaikkan IPM. Jawabnya, kita bisa kok. Itu tadi, asal sasaran RAPBN kita diarahkan ke sektor-sektor pendukung IPM (peningkatan daya beli, pemberdayaan kesehatan masyarakat dan pendidikan)," katanya lagi.

Hal ini, menurutnya, telah dilakukan beberapa negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Thailand juga Singapura.

"Kini kita lihat, Singapura berada pada peringkat 23 dengan indeks 0,920, kemudian Malaysia di peringkat 66 (0,829), Thailand peringkat 87 (0,783) sedangkan Filipina di 105 (0,751)," ujar Rahadi Zakaria. (M036/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010