Yogyakarta (ANTARA News) - Tidak semua balita penderita diare membutuhkan antibiotik, kecuali dengan indikasi terserang diare berdarah, kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta penerima `Bakrie Award 2010` Prof Dr Yati Soenarto.

"Selama ini pengobatan diare pada balita selalu mengandalkan antibiotik dan anti parasit, padahal tidak semua penderita diare membutuhkan antibiotik," katanya, di Yogyakarta, Selasa.

Ia mengatakan pemberian antibiotik justru akan menimbulkan resitensi, tidak hanya pada penyakit penyebab diare, tetapi juga pada penyakit-penyakit lainnya.

"Saya dan tim menemukan penyebab terbesar penyakit diare bukan merupakan bakteri atau parasit, melainkan disebabkan oleh rotavirus, dan temuan tersebut berimbas pada metode pengobatan diare," katanya.

Menurut dia, diare dapat diatasi dengan menerapkan lima langkah tuntaskan diare yaitu dengan memberikan oralit baru, Zinc, asi, dan makanan. Sedangkan antibiotik hanya diberikan kepada penderita diare berdarah.

"Berdasarkan hasil penelitian, pemberian oralit terbukti mampu menurunkan angka kematian balita penderita diare dari rasio 40/100 menjadi 7/100," katanya.

Yati mengatakan dirinya dan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) sedang mengembangkan vaksin rotavirus sebagai penangkal diare.

"Dengan pengembangan vaksin ini selain dapat menghadirkan vaksin yang terjangkau, juga dapat mengikis ketergantungan Indonesia terhadap obat-obatan impor," katanya.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010