Batam (ANTARA News) - Satu perusahaan di China menyatakan minat membeli arang tempurung kelapa dari Indonesia untuk bahan campuran produk baja, kata Lusi Efriani, pelaku usaha kecil yang pada 26-31 Juli 2010 menjadi perutusan Asosiasi Pengusaha Indonesia ke forum bisnis di Shanghai dan Nanjing.

"Tidak tanggung-tanggung, perusahaan itu menantang kesangggupan saya memasok dua juta ton arang tempurung kelapa per tahun," kata Lusi, kepada wartawan di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu.

Produksi Lusi di Batam baru 300 ton per bulan, sedang yang diminta perusahaan di China 1 juta ton arang tempurung kelapa dalam kondisi asalan dan 1 juta ton arang tempurung kelapa bentuk karbon aktif.

Ia menyatakan pengalaman dalam Indonesia-China Business Forum (ICBF) pada bulan lalu membukakan mata bahwa prospek ekspor arang tempurung kelapa bukan hanya untuk bahan karbon aktif filter air atau batang baterai.

Lusi dan lima rekannya dari 50 pelaku UKM yang lolos seleksi, berangkat ke ICBF di Shanghai dalam program peningkatan mutu UKM yang diselenggarakan Apindo bersama Cente for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia Business Association of Shanghai (Ibas), serta Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Permit).

Dengan mata berbinar-binar ia menyatakan semakin tertantang untuk bersama pengurus Apindo di pusat dan di berbagai provinsi, mengembangkan jaringan se-Indonesia dalam memanfaatkan peluang ekspor bisnis arang tempurung kelapa.

Khusus untuk Batam, Lusi dan juga Ketua Apindo Kota Batam Oka Simatupang mengharapkan pemerintah ikut memperhatikan prospek tersebut daripada mempersulit dengan hanya mempermasalahkan asap dari tempurung kelapa yahg keluar dari pembakaran di dalam drum-drum.

Benar asap itu memang mengganggu lingkungan, kata Simatupang, tetapi lebih baik pemerintah memberi bantuan peralatan supaya asap dari drum dapat disuling menjadi asap cair yang bernilai ekonomis sebagai bahan pengental karet dan bahan pengawet substitusi formalin.

Lusi mengatakan, teknologi penyulingan asap itu hasil karya Institut Pertanian Bogor.

Harga peralatan tersebut, kata Lusi, tidak terlalu mahal bagi pemerintah untuk membantu pengembangan bisnis UMKM dan pencemaran udara dari unit-unit kecil arang tempurung kelapa. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010