Jakarta (ANTARA News)- Memang akan kedengaran aneh dan bertolak belakang, tetapi nyatanya para ilmuwan telah menemukan 'air kering'.

Material yang disebut 'air kering ' itu menyerupai butiran-butiran gula dan bisa menjadi tonggak revolusi pemanfaatan zat-zat kimia, demikian kutip The Telegraph, Kamis (26/8).

Setiap partikel 'air kering' terdiri dari setetes air yang diselimuti oleh pasir silikon. Meski demikian 95 persen air padat tetap merupakan 'air basah'.

Para ilmuwan percaya air kering dapat digunakan sebagai untuk melawan pemanasan global dengan menyerap dan menangkap karbon dioksida.

Hasil studi menemukan bahwa air kering tiga kali lebih baik dalam menyerap karbon dioksida dibandingkan air biasa.

Air kering juga terbukti berguna untuk menyimpan metana dan meningkatkan potensi energi dari gas alam.

Penelitian tentang butiran air padat itu dipresentasikan Dr. Ben Carter dari University of Liverpool dalam 240th National Meeting of the American Chemical Society di Boston, Amerika Serikat.

"Tidak ada yang seperti ini. Semoga di masa depan kita bisa melihat gelombang penggunaan air kering," kata Carter.

Kegunaan lain yang diperagakan oleh Dr. Carter dan timnya adalah menggunakan air kering sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi antara hidrogen dan asam maleat.

Reaksi itu akan menghasilkan asam suksinat, bahan baku utama dalam pembuatan obat, bumbu masakan, makanan, serta produk lainnya.

Biasanya hidrogen dan asam maleat harus diaduk bersama untuk menghasilkan asam suksinat. Tetapi kini proses itu tidak diperlukan lagi jika menggunakan partikel air kering yang mengandung asam maleat sehingga prosesnya menjadi lebih ramah lingkungan dan hemat energi.

"Jika Anda bisa menghilangkan proses pengadukan dalam reaksi Anda, maka Anda bisa secara potensial menghemat energi," papar Carter.

Teknologi itu juga bisa diadaptasikan untuk menciptakan bubuk emulsi, campuran dari dua atau lebih cairan yang tidak bisa terlarut seperti misalnya air dan minyak.

Bubuk emulsi bisa membuat penyimpanan dan pemindahan cairan berbahaya menjadi lebih aman dan mudah.
(Ber/A038/BRT)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010