Denpasar (ANTARA News) - Pimpinan perguruan pencak silat Bhakti Negera meminta maaf kepada pimpinan TNI terkait penghinaan terhadap institusi TNI saat anggota perguruan itu melakukan aksi dan pemukulan satpam di Yayasan Dwijendra, Denpasar, Selasa (31/8).

Dewan pembina perguruan itu yang dipimpin I Dewa Nyoman Patra bersama empat pengurus lainnya mendatangi Markas Komando Distrik Militer (Makodim) Denpasar, Rabu untuk menyampaikan permohonan maaf mereka kepada.

Penghinaan terhadap TNI terjadi saat Komandan Rayon Militer Denpasar Timur Kapten Joko Raharjo bersama anggotanya datang ke lokasi aksi oleh anggota perguruan silat itu. Anggota persilatan itu justru menantang pimpinan TNI dan anggotanya. Bahkan mereka mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan TNI.

Menyikapi permohonan maaf itu, Komandan Kodim Denpasar Letkol Pontjo Wasono menginstruksikan mereka untuk menghormati bendera merah putih di depan kantor Kodim sebagai bentuk permohonan maaf.

"Kami ada di sini karena untuk Merah Putih ini demi mempertahankan keutuhan NKRI. Untuk itu, saya minta mereka untuk menghormati bendera di markas Kodim ini sebagai bentuk ungkapan maaf mereka," tegas Pontjo Wasono.

Menurutnya, pihaknya menyambut baik, niat baik yang telah dilakukan pimpinan perguruan Bhakti Negara yang datang sendiri menyampaikan permohonan maaf kepada TNI, khususnya kepada Kodim serta Danramil Kapten Joko Raharjo.

"Saya minta mereka untuk melakukan pembinaan di organisasinya. Mari bersama-sama kita jaga keamanan di wilayah kita ini dan menegakkan dan menjunjung tinggi Merah Putih. Jangan bersikut dengan TNI karena kita ini ada untuk rakyat dan untuk negara," katanya.

Dewa Made Patra mengaku kalau tidak ada maksud menantang atupun melecehkan institusi TNI, termasuk penyerangan di sekolah milik Yayasan Dwijendra.

"Kejadian ini sebenarnya masalah internal kami dan mungkin karena emosi sesaat, akhirnya melontarkan kata-kata tidak sopan. Sekali lagi kami meminta maaf," ujarnya.

Atas peristiwa tersebut, kata dia, pihaknya tentu akan mengambil tindakan tegas berupa pemberiaan sanksi kepada anggotanya yang telah bertindak arogan. Dia juga mempersilahkan kepada polisi untuk memproses kasus ini secara hukum.

Sementara salah seorang pelaku pemukulan terhadap Satpam Yayasan Dwijendra telah menyerahkan dirinya kepada Polsek Denpasar Timur. Pria bernama Wayan Kertayasa, warga Jalan Kebo Iwa Denpasar Barat menyerahkan diri pada Selasa (31/8) malam setelah kejadian.

Seperti diberitakan, sekitar 30 orang anggota Pencak Silat Bakti Negara menyerbu Yayasan Dwijendra yang mengelola pendidikan di Jalan Kamboja, Denpasar, Selasa (31/8/2010). Sedianya mereka mencari salah satu guru olahraga Nyoman Suwita yang diduga juga merupakan anggota Bakti Negara.

Karena kesal orang yang dicari tidak ada, mereka meluapkannya dengan memukul dua satpam Nyoman Gede Antara (29) dan Made Gede Dirgayusa (34) hingga mengalami luka serius. (ANT-167/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010