Yogyakarta (ANTARA News) - Para pemudik harus berpikir positif untuk menghindari kejahatan dengan modus operandi hipnotis yang disinyalir marak terjadi selama arus mudik dan balik Lebaran 2010, kata pakar pikiran bawah sadar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Heru Kurnianto Tjahyono.

"Suasana mudik saat ini merupakan saat-saat rawan terjadi kejahatan hipnotis. Menjelang Lebaran ketika banyak orang melakukan mudik, kejahatan hipnotis menjadi tindak kriminal yang sering muncul," katanya menanggapi kasus kejahatan hipnotis yang sering terjadi di tengah masyarakat, di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, orang mudik memiliki bermacam-macam emosi yang kuat, seperti terlalu senang, sedih, dan bingung. Kondisi itu merupakan kondisi yang mudah terkena hipnotis.

"Untuk mencegah terjadinya kejahatan hipnotis yang kemungkinan bisa terjadi, para pemudik harus menghindari kondisi terpusat. Kondisi terpusat misalnya sedang jenuh atau bingung menunggu datangnya kereta api," katanya.

Ia mengatakan, kondisi itu akan memudahkan orang terkena hipnotis. Untuk itu, para pemudik diharapkan tidak pergi sendirian atau melakukan afirmasi atau pemikiran positif, misalnya dengan berdoa.

"Upaya untuk menghindari kejahatan hipnotis bisa dilakukan dengan memahami cara kerja, melakukan afirmasi positif dengan berzikir atau berdoa," katanya.

Selain itu, bisa juga dengan mengucapkan hal baik berulang-ulang, menghindari kondisi terpusat misalnya ketika diajak mengobrol oleh orang yang baru dikenal dan mencurigakan jangan terlalu terpusat melihatnya maupun mencoba mengingat-ingat siapa orang tersebut.

"Coba ambil napas dan lihat sekitarnya. Hal itu juga merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi terpusat. Selain itu, diusahakan untuk tidak sendirian saat bepergian," katanya.

Menurut dia, kejahatan hipnotis terjadi biasanya dengan beberapa cara, di antaranya melalui menepuk pundak, menatap mata korban, dan penggunaan tekanan suara di telepon.

"Saat kondisi hipnotis, pikiran sadar kita akan beristirahat, dan otomatis mengaktifkan pikiran bawah sadar kita. Jadi, saat kondisi hipnotis berarti terjadi proses komunikasi yang disampaikan ke dalam pikiran bawah sadar kita," katanya.

Ia mengatakan, saat ini persepsi yang berkembang di masyarakat tentang hipnotis cenderung negatif dan berhubungan dengan kejahatan. Bahkan, masyarakat sulit membedakan antara praktik gendam, perdukunan, dan supranatural dengan hipnotis.

Pemahaman tersebut akhirnya membuat makna hipnotis semakin bercampur aduk dengan klenik dan sihir. Padahal, hipnotis dengan gendam itu berbeda.

"Gendam menggunakan kekuatan di luar dirinya yang berhubungan dengan klenik, sedangkan hipnotis merupakan pemahaman pikiran dan penggunaan bahasa yang bisa diterima oleh pikiran," katanya.(*)

(U.B015/H008/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010