Jakarta (ANTARA News) - Orang Nubia kuno mengonsumsi jumlah besar antibiotik yang dihasilkan dari bir sejak hampir 1500 tahun yang lalu.

Analisis kimia untuk tulang menunjukkan bahwa orang Nubia meminum dosis besar tetracycline yang diproduksi dari bir yang terbuat dari biji-bijian.

Dan ilmuwan percaya bahwa produksi antibiotik itu memang disengaja.

Kerajaan Nubia kuno bermukim di wilayah yang sekarang bernama Sudan, selatan Mesir kuno.

Penemuan tersebut, dirilis antropolog George Armelagos dan ahli obat kimia Mark Nelson dari Paratek Pharmaceuticals, yang diterbitkan pada American Journal of Physical Anthropology.

"Kita cenderung mengasosiasikan obat mujarab dengan obat modern," kata Armelagos.

"Tapi hal itu semakin jelas bahwa populasi prasejarah menggunakan bukti empiris untuk mengembangkan agen therapeutic. Saya tidak ragu bahwa mereka tahu apa yang mereka lakukan."

Tetracycline mengandung kalsium dan disimpan dalam tulang sehingga dapat dideteksi dalam fosil.

Pada 1980, Armelagoa menemukan petunjuk untuk meneliti tetracycline dalam tulang manusia Nubia antara 350 hingga 550 Mesehi, sebuah populasi yang tidak meninggalkan catatan tertulis. Armelagos dan peneliti rekan-rekannya kemudian mengikat sumber antibiotik ke bir Nubia.

Biji-bijian digunakan untuk membuat bubur difermentasi yang mengandung bakteri tanah Streptomyces, yang memproduksi tetracycline.

Mr Nelson mengatakan: "Tulang-tulang orang kuno penuh dengan tetracycline, menunjukkan bahwa mereka telah melakukan hal itu dalam waktu yang lama.

"Saya yakin bahwa mereka memiliki ilmu fermentasi yang dikontrol dan sengaja memproduksi obat tersebut."

Bahkan tulang kering dan tengkorak milik dari bocah berumur empat tahun penuh dengan tetracycline, menunjukkan bahwa mereka telah memberikan dosis tinggi untuk anak yang mencoba sembuh dari penyakitnya, kata Nelson.

Masa modern pertama tetracycline ditemukan pada 1948. Tetracycline diberi nama auereomycin, dari kata Latin 'aerous,' yang berarti mengandung emas.

"Streptomyces menghasilkan emas koloni bakteri, dan jika mengambang di batch bir, pasti terlihat cantik mengesankan kepada orang-orang kuno yang memuja emas," kata Nelson.

Mesir kuno dan Yordania juga menggunakan bir untuk mengobati penyakit gusi dan penyakit lainnya.

Tim tersebut sekarang mencoba dan bekerja keras ketika pengetahuan tentang sifat antibiotik bir yang telah hilang dari sejarah.

Alexander Fleming disematkan sebagai penemu antibiotik pertama, penisilin, pada 1928, demikian Daily Mail.

Penerjemah: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010