Kabul (ANTARA News/AFP) - Pasukan NATO di Afghanistan membunuh dua warga sipil yang naik sepeda-motor setelah mereka menolak berhenti ketika sedang menuju rintangan keamanan, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF), Minggu.

Pasukan internasional pimpinan NATO itu membantah melakukan kejahatan dalam pembunuhan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, itu dengan mengatakan, kedua orang itu menolak mendengarkan peringatan dan menjadi ancaman.

"Dua warga sipil Afghanistan yang naik sepeda-motor dibunuh setelah mereka tidak mematuhi peringatan-peringatan agar berhenti ketika mendekati garis batas keamanan di Afghanistan selatan pada Sabtu," kata ISAF dalam sebuah pernyataan.

Garis keamanan itu dibentuk setelah pasukan patroli diserang tembakan di distrik Musa Qala di provinsi yang dilanda kekerasan itu, kata pasukan tersebut.

Kedua korban telah diberi "beberapa peringatan lisan dan visual" namun mempercepat kendaraannya ke arah rintangan keamanan itu, katanya.

"Prajurit-prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional mengikuti aturan ketat sesuai dengan prosedur keamanan yang ditingkatkan dan tidak menyerang warga sipil," kata pernyataan pasukan itu.

Pasukan internasional pimpinan AS bertanggung jawab atas kematian puluhan warga sipil, khususnya dalam serangan udara selama pertempuran dengan Taliban dan gerilyawan lain.

Kematian warga sipil itu telah menjadi masalah sensitif antara NATO dan para pemimpin Afghanistan, yang bersikeras bahwa insiden semacam itu telah mengikis dukungan publik bagi pemerintah Kabul yang didukung Barat.

Tidak kali ini saja korban sipil berjatuhan dalam serangan pasukan asing di Afghanistan.

Pada September tahun lalu, serangan udara AS yang diminta oleh pasukan Jerman menewaskan puluhan orang di Kunduz, sedikitnya 30 orang dari mereka warga sipil. Serangan itu mengarah pada pengunduran diri menteri pertahanan Jerman.

Penembakan mati kedua warga sipil itu oleh pasukan ISAF terjadi di tengah meningkatnya serangan-serangan gerilya terhadap pasukan asing di Afghanistan.

Jumlah prajurit asing yang tewas dalam operasi militer di Afghanistan sejak awal tahun ini telah melampaui 530, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Rata-rata, dua prajurit asing tewas setiap hari di Afghanistan.

Korban-korban asing terakhir berjatuhan setelah Jendral AS David Petraeus pada 4 Juli mulai memegang komando atas 140.000 prajurit AS dan ISAF di Afghanistan, menggantikan Jendral AS Stanley McChrystal, yang dipecat karena pembangkangan.

Sekitar 10.000 prajurit lagi ditempatkan di Afghanistan pada Agustus-September sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap gerilyawan, khususnya di provinsi-provinsi wilayah selatan, Helmand dan Kandahar.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010