Vientiane (ANTARA News) - Keperkasaan I Komang Wahyu yang membuat pesilat Myanmar Min Swe tidak berkutik di final kelas 70kg, tampak luluh ketika ditemui di ruang ganti di pertandingan SEA Games 2009 Laos yang berlangsung di Lao ITTEC, Kamis.

Wajah pria kelahiran 22 September 1983 yang sekarang bertugas di Polda NTB dengan pangkat Briptu itu semula tampak bersemangat dan gembira saat diminta komentarnya usai merebut medali kedua bagi tim silat Indonesia.

Tapi ketika pertanyaan beralih ke soal bonus Rp200 juta yang bakal diterima nanti di Tanah Air, sesuai dengan janji pemeritah, raut wajah pria asal Bali itu pun langsung berubah.

Untuk beberapa saat, suaranya tercekat karena berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata.

"Orang tua saya belum pernah naik pesawat. Saya sudah berjanji kalau nanti saya juara, sangat ingin mengajak kedua orang tua dan saudara untuk naik pesawat," kata Komang setelah menguasai kembali emosinya.

Keinginan untuk menyenangkan kedua orang tuanya yang tinggal di Karanganyar itulah yang membuat ia bertekad untuk tampil habis-habisan sehingga akhirnya meraih medali emas di event SEA Games yang baru pertama kali diikutinya.

"Selain saya juga sudah bertekad kepada diri sendiri bahwa saya datang ke sini bukan untuk kalah, tapi untuk membawa medali emas," kata Komang yang sudah mengikuti kompetisi silat sejak kelas 2 SD.

Di balik sukses Komang, kontingen Indonesia mengalami hari paling kelabu dalam sejarah keikutsertaan di SEA Games di cabang pencak silat karena hanya meraih dua emas. Satu emas lagi dihasilkan melalui nomor seni, yaitu ganda putra.

Dukungan langsung yang diberikan Mennegpora Andi Malarangeng, Ketua KONI-KOI Rita Subowo, dan Ketua Kontingen Alex Noerdin pada pertandingan final sebelumnya, ternyata masih belum cukup untuk memompa semangat atlet untuk meraih kemenangan.

Indonesia akhirnya harus menerima kenyataan pahit, berada di peringkat keempat dalam pengumpulan medali setelah Vietnam, Malaysia dan Thailand.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009