Johannesburg (ANTARA News) - Afrika Selatan mengandalkan satu-satunya wakil benua Afrika di Piala Dunia, Ghana, di tengah-tengah seruan kepada FIFA untuk lebih memanfaatkan teknologi setelah gol kontroversial oleh Inggris dan Argentina.

"Banyak kemarahan setelah gol Inggris tidak disahkan," demikian judul di halaman muka The Citizen, Senin.

"Ada awan yang menutupi pertandingan (Inggris-Jerman)," kata surat kabar tersebut, salah satu dari beberapa surat kabar yang menyiarkan gambar para pendukung yang mencucurkan air mata karena kekalahan Inggris, sehari setelah "the Three Lions" dikalahkan Jerman 1-4.

Para pendukung Inggris itu mengatakan keputusan pelatih asal Uruguay, Jorge Larrionda, untuk tidak mensahkan gol Frank Lampard beberapa saat sebelum pertandingan babak pertama usai telah mengubah jalannya pertandingan.

Tembakan gelandang Chelsea itu telah melewati garis gawang Jerman setelah membentur mistar gawang, dan kedudukan pada pertandingan itu mestinya 2-2 bila Larrionda tidak memberikan isyarat bahwa jalannya pertandingan diteruskan.

Kemenangan Argentina 3-1 atas Meksiko pada Minggu malam juga dinyatakan sebagai kontroversial, karena gol penyerang Manchester City, Carlos Tevez disahkan di babak pertama, meskipun ia dalam posisi offside saat ia menyundul bola dari umpan Lionel Messi.

Kontroversi itu mengundang seruan perubahan perwasitan dari beberapa penggemar sepak bola di negara tuan rumah tersebut.

"Saya tidak mengerti mengapa mereka tidak menggunakan teknologi di olahraga terkaya di dunia tersebut," tulis seorang pendukung Inggris dan pemain Tim Nasional Rugby, Victor Matfield, di halaman laman Twitternya.

Eric Tinkler, seorang mantan kapten Tim Nasional Bafana Bafana, menentang diperkenalkannya teknologi, dan memberitahu The Citizen bahwa "sepak bola adalah suatu pertandingan yang terus megalir dan saya kira pengenalan teknologi itu tidak masuk akal".

Tetapi, ia mengatakan badan sepak bola dunia, FIFA, mestinya menggunakan dua wasit tambahan untuk mencegah kesalahan-kesalahan, suatu sistem yang sudah dicoba di pertandingan Liga Eropa.

FIFA secara konsisten menolak usul penggunaan teknologi untuk membantu wasit, sehingga menjadikannya salah satu olahraga besar terakhir yang menentang langkah tersebut.

Memasuki pertandingan babak 16 besar, para penggemar sepak bola Afrika Selatan mengandalkan pada favorit baru, setelah tuan ruman gagal maju ke babak kedua.

Ghana, tim Afrika yang masih tersisa di turnamen tersebut, menjadi tim ketiga dari benua tersebut yang mencapai perempatfinal.

Belanda, yang menjadi favorit lokal lainnya berkat sejarah penjajahan Belanda di Afrika Selatan, berhadapan dengan Slovakia, yang secara mengejutkan maju ke babak 16 besar, di Durban hari Senin.

Pada pertandingan Senin malam, salah satu tim Amerika Selatan untuk pertama kalinya harus pulang dari turnamen tersebut, pada saat Chile berusaha meraih keberuntungannya melawan juara lima kali, Brasil. Chile baru menang tujuh kali lawan Brasil dalam 65 kali pertemuan sebelumnya.

Panitia penyelenggara menyanjung turnamen tersebut sebagai event yang mengalami kemajuan karena berjalan tanpa insiden besar, meskipun ada kecemasan selama bertahun-tahun tentang tingkat kejahatan yang tinggi dan transportasi yang buruk di Afrika Selatan.

Turnamen tersebut telah menciptakan rekor penonton melalui televisi dan internet, dengan 52 pertandingan disiarkan langsung melalui televisi di lebih dari 198 negara, demikian menurut Danny Jordaan, ketua panitia penyelenggara lokal.

"Ini merupakan keberhasilan luar biasa dan hasil sangat positif bagi negara kami dan benua tersebut," kata Jordaan di Forum Global CNN di Cape Town, seraya menjelaskan bahwa ini merupakan Piala Dunia paling kaya FIFA.

"FIFA telah meraih pendapatan terbesarnya dari Piala Dunia, yakni 3,2 miliar dolar AS," kata Jordaan dikutip AFP.

(S005/T009/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010