Jakarta (ANTARA News) - Komisi VII DPR berpendapat dua BUMN yakni PT Aneka Tambang Tbk dan PT PLN (Persero) merupakan duet perusahaan yang tepat mengelola kelanjutan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PPP M Romahurmuziy di Jakarta, Senin mengatakan, pemerintah tidak perlu meragukan kemampuan teknologi dan keuangan kedua perusahaan tersebut.

"Opsi diserahkan kepada BUMN adalah yang terbaik. Pemerintah tidak perlu ragu-ragu akan kapabilitas teknologi anak bangsa," katanya.

Menurut dia, duet Antam dan PLN akan memberikan benefit maksimal bagi negara. Antam akan mengelola pabrik peleburan aluminium dan PLN mengelola pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"Gabungan kedua perusahaan juga mengatasi permasalahan pendanaan pengembangan kapasitas Inalum selanjutnya," ujarnya.

Romahurmuziy menambahkan, tawaran tambahan investasi yang dijanjikan Jepang tetap tidak sepadan dengan benefit termasuk alih teknologi yang didapatkan negeri sendiri.

"Ini saatnya pemerintah mempertontonkan secara tegas nasionalismenya," tegasnya.

Hal senada sebelumnya dikemukakan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto dan pengamat ekonomi dari Universitas Atmajaya Jakarta A Prasetyantoko.

"Inalum termasuk industri dasar yang strategis dan sudah seharusnya dikelola anak bangsa sendiri, melalui BUMN," ujar Pri Agung.

Menurut dia, jika Antam yang mengelola kelanjutan Inalum, maka suplai bahan baku berupa bauksit akan terjamin.

Prasetyantoko mengatakan, kalau dikelola sendiri, maka terdapat peralihan pengelolaan termasuk keuntungan dan akses pengembangan.

Kalau dikelola sendiri, lanjutnya, maka industri aluminium domestik akan lebih berkembang. Selama ini, sebagian besar produk aluminium Inalum diekspor ke Jepang.

Padahal, industri dalam negeri masih kekurangan aluminium dan terpaksa mengimpor. Pada Oktober ini, pemerintah akan memutuskan status pengelolaan Inalum selanjutnya.

Ada dua opsi yang sedang dikaji pemerintah, pertama, Jepang sudah mengajukan perpanjangan kontrak pengelolaan Inalum dengan insentif penambahan investasi ratusan juta dolar AS buat penambahan kapasitas produksi inalum sekaligus pembangkit listrik.

Opsi kedua, pengelolaan selanjutnya diserahkan ke pihak nasional dengan opsi membentuk BUMN baru atau lewat BUMN yang sudah ada seperti Antam.

Jepang berkepentingan dengan kelanjutan Inalum karena perusahaan tersebut selama ini merupakan pemasok bagi industri berbahan baku aluminium olahannya.
(K007/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010