Jakarta (ANTARA News) - Seorang perempuan Palestina pada Rabu (6/10) menggambarkan bagaimana derajatnya direndahkan ketika tentara Israel merekam dia di dalam tahanan; seorang dari mereka menari perut di dekat dia sementara dia berdiri dengan mata ditutup dan bersandar ke tembok.

"Saya melihat rekaman video tersebut di Al-Jazeera. Saya tak bisa tidur sepanjang malam sebab saya merasa dinistakan dan frustrasi," kata Ihsan Ad-Dababsi (35), dari desa Nuba di bagian selatan Tepi Barat Sungai Jordan, kepada wartawan AFP, Samih Chahine.

"Suara tawa tentara itu dan musik yang mereka pasang bergema di kedua telingaku," kata Ad-Dababsi mengenai rekaman video itu --yang memicu kemarahan setelah video tersebut disiarkan di Internet.

Di dalam cuplikan rekaman itu di YouTube, Ad-Dababsi --yang diikat dengan kedua mata tertutup-- meringkuk menempel di tembok. Sementara itu, seorang tentara Israel, dengan memakai kaca mata anti-sinar Matahari, sambil menyeringai menari perut mengikuti irama musik Arab.

Tentara tersebut berulangkali menggesekkan tubuhnya ke tubuh perempuan Palestina itu.

Gelembung ucapan dalam bahasa Yahudi keluar dari mulut Ad-Dababsi dengan tulisan "Allahu Akbar". Cuplikan rekaman vulgar tersebut berlangsung cuma lebih dari satu menit.

Ad-Dababsi mengatakan dia telah menghubungi Klub Tahanan Palestina, kelompok pembela non-pemerintah, dan berencana mengajukan tuntutan hukum terhadap militer Israel.

Peristiwa itu terjadi ketika perempuan tersebut ditangkap pada Desember 2007 dan didakwa sebagai anggota kelompok gerilyawan Palestina, Jihad Islam, katanya. Ditambahkannya, dia belakangan dihukum selama 22 bulan penjara.

"Ketika mereka menangkap saya, mereka membawa saya ke pusat tahanan Etzion di dekat Bethlehem. Setelah mereka menanyai saya, mereka menaruh saya di satu koridor dan menutup kedua mataku serta memasang borgol," kata Ad-Dababsi.

"Saya dapat mendengar suara tawa tentara tersebut, suara mereka dan musik. Saya dapat melihat apa yang sedang berlangsung sebab penutup mata saya tidak kencang, dan saya memohon agar mereka tidak merekam saya."

"Tapi mereka terus merekam saya, dan mereka minum alkohol serta menari," kata Ad-Dababsi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "mengutuk" perilaku tentara yang dilaporkan tersebut, dan mengatakan itu "adalah serangan terhadap martabat manusia dan membuat malu Pasukan Pertahanan Israel serta Negara Israel".

"Menghina tahanan bertentangan dengan nilai-nilai Israel dan rakyat Yahudi," kata Netanyahu.

Pada Selasa (5/10), Pemerintah Otonomi Palestina menyatakan video itu sangat melanggar martabat perempuan.

"Ini adalah penggambaran yang menjijikkan mengenai penyakit mental kaum penjajah. Ini bukan kejadian terpisah," demikian antara lain isi pernyataan dari kantor Perdana Menteri Salam Fayyad.

"Dengan kemajuan media yang mudah digunakan seperti YouTube, kebenaran muncul mengenai budaya penistaan terhadap orang Palestina," katanya.

Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS), yang menguasai Jalur Gaza, juga mencela tayangan tersebut. Jurubicara HAMAS Sami Abu Zuhri mengatakan perilaku tentara Yahudi itu mencerminkan rasisme dan tak-adanya moral di kalangan tentara penjajah.

Militer Israel "mengutuk" tindakan tersebut sebagai "peristiwa tersendiri" dan menyatakan polisi militer "telah melakukan penyelidikan".

Ditambahkannya, mulai sekarang penyelidikan polisi militer akan jadi "praktek standar dalam berbagai kasus yang diduga melibatkan tindakan serupa".

Video itu beredar tujuh pekan setelah seorang tentara Israel memicu kemarahan dengan menyiarkan gambar dirinya sedang tersenyum dan bercanda di dekat seorang tahanan Palestina yang diborol dan matanya ditutup.

Saat itu, berbagai kelompok hak asasi manusia dan pengulas Israel mengatakan mengambil gambar tahanan biasa terjadi dan bukti jelas mengenai suatu budaya di dalam militer yang menganggap tahanan Palestina sebagai bukan manusia dan sasaran cemoohan.
(C003/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010