Sanur (ANTARA News) - Sepuluh tahun menjadi menteri luar negeri menorehkan banyak kenangan untuk Nur Hassan Wirajuda.

"Salah satunya perjalanan dinas yang sangat padat. Jadwalnya sudah dibuat sejak setahun sebelumnya dan bisa menguras energi tubuh," kata doktor hukum internasional itu di Sanur, Bali, Senin.

Lelaki kelahiran Tangerang, Banten 9 Juli 1948 itu mengisahkan, pernah satu kali saat sedang memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan menteri-menteri ASEAN di Laos, dia harus terbang ke Beijing, China, untuk satu tugas negara yang tidak kalah penting.

"Jadilah saya terbang ke Beijing memakai penerbangan komersial," katanya.

"Dari Laos ke Bangkok, baru ke Beijing dan cuma semalam di sana langsung kembali lagi," kata diplomat karir yang memperoleh master dari Fakultas Hukum, Universitas Harvard, Amerika Serikat, itu.

Peristiwa semacam itu bukan kali itu saja terjadi.

"Sering dan kalau sudah begitu, saya harus tingkatkan olahraga. Indikasinya mudah, kalau leher ini terasa agak kencang berarti kurang olahraga. Relatif saya tidak bermasalah dengan `jet lag` karena olahraga itu," katanya.

Olahraga favoritnya adalah kebugaran (fitness), dan ini dia kembangkan di Kementerian Luar Negeri saat menjadi memimpin korps diplomatik Indonesia itu.

Satu ruangan dijadikan ruangan olahraga kebugaran dan semua karyawan di kementerian itu boleh memanfaatkan fasilitas itu.

"Sering saya katakan kepada para diplomat muda, jangan jadi diplomat PMDK alias `perut mendahului karir`. Tujuannya agar mereka selalu menjaga kebugaran tubuh," kata pria yang kini tidak lagi terkungkung protokoler.

Katanya, kebugaran tubuh penting sekali dalam berdiplomasi dan bernegosiasi, karena keduahanya bisa berlangsung maraton selama belasan jam tanpa putus.

"Lawan runding kita sering manfaatkan kelengahan kita saat tubuh ini tidak bugar. Makanya kebugaran dan olahraga itu penting sekali," katanya. (*)

A037/H-KWR/AR09

Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010