Setiap jenis PJB memiliki penanganan yang berbeda satu sama lain...
Jakarta (ANTARA) - Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Disease (CHD) adalah penyakit jantung yang telah ada sejak lahir akibat pembentukan jantung yang tidak sempurna pada fase awal perkembangan janin di dalam kandungan.

PJB mengakibatkan gangguan aliran darah di dalam ruang jantung sehingga darah yang dipompa tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga tanpa kontrol kehamilan yang baik seringkali PJB tidak terdiagnosa sebelum bayi dilahirkan. Pada saat orangtua mengetahui bahwa mereka memiliki bayi, proses perkembangan jantung telah selesai.

Lalu, bagaimana mengenali dan mendeteksi PJB?

Baca juga: Konser dari hati BCL untuk perangi penyakit jantung

Mengutip dari keterangan yang diterima pada Jumat, dokter lulusan Universitas Indonesia, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), mengatakan penting bagi orangtua untuk melakukan screening pranikah, konsultasi dokter jantung pada masa kehamilan dan screening pada bayi baru lahir.

"Setiap jenis PJB memiliki penanganan yang berbeda satu sama lain, bergantung pada klasifikasi (sianotik atau non sianotik), kelainan struktur, dan keparahan defek jantung," kata dia.

Lebih lanjut, dampak kematian dan morbiditas yang mengganggu maka perlu memahami lebih jauh mengenai tanda-tanda penyakit ini, sehingga dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit jantung bawaan pada anak-anak.

Penanganan PJB dapat dilakukan dengan obat-obatan, tindakan bedah maupun non bedah. Saat ini, metode pilihan utama non bedah untuk menangani penyakit jantung bawaan tertentu adalah prosedur intervensi menggunakan kateter. Namun, tidak semua dapat diatasi dengan intervensi non bedah. Jenis yang kompleks tetap memerlukan pembedahan.

dr. Radityo mengatakan, saat ini PJB dapat ditangani tanpa pembedahan. Intervensi kateter Zero Fluoroscopy (tanpa radiasi) merupakan teknik mutakhir penanganan PJB tanpa radiasi dan pembedahan.

Baca juga: Deteksi dini kunci cegah penyakit jantung

Diketahui, radiasi dapat menimbulkan efek jangka panjang baik untuk pasien maupun dokter dan tim laboratorium kateterisasi.

"Prosedur ini menggunakan bantuan imaging murni dari ekokardiografi, tanpa menggunakan sinar radiasi," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Heartology Cardiovascular Center itu, menambahkan.

Keuntungan Zero Fluoroscopy adalah di mana intervensi dilakukan tanpa radiasi dan keuntungan intervensi non bedah adalah hari perawatan singkat, penggunaan anestesi dan obat-obatan lebih sedikit, bekas luka sayatan sangat kecil, serta biaya lebih efektif.

"Semakin dini diagnosis PJB, maka harapan untuk proses penyembuhan akan semakin besar. Apabila pada pemeriksaan fisik oleh dokter terdapat kecurigaan kelainan jantung, maka beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan, antara lain ekokardiografi," imbuh dr. Radityo.

Sementara itu, dalam rangka Hari Anak Nasional, Heartology Cardiovascular Center meluncurkan Paket Skrining Penyakit Jantung Bawaan Anak. Hal ini dimaknai sebagai kepedulian terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal walaupun di masa pandemi COVID-19.

Baca juga: Olahraga apa saja yang dapat memicu serangan jantung?

Baca juga: Daftar penyakit layak divaksin COVID-19, autoimun hingga gagal jantung

Baca juga: Dokter: COVID-19 perparah penyakit jantung bawaan pada anak

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021