Magelang (ANTARA News) - Hujan abu tipis terlihat warga di kawasan barat Gunung Merapi, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa pagi.

"Kemarin (25/10) siang juga saya lihat waktu mencari rumput di Hutan Deles, di atas desa," kata seorang warga Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jateng, Suwi (40), di Magelang, Selasa.

Ia menyebut biasa menghadapi hujan abu ketika terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Merapi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Jika abu menempel di daun yang basah, katanya, susah dibedakan warnanya dengan daun.

Tetapi, katanya, kalau daunnya kering terlihat jelas abu itu.

Ia mengaku mengetahui secara baik ciri-ciri abu yang berasal dari gunung berapi setinggi sekitar 2.965 meter dari permukaan air laut yang saat ini di level tertinggi aktivitas vulkaniknya itu, yakni "awas".

Biasanya, katanya, hujan abu cukup tebal terjadi jika Merapi menyemburkan awan panas.

Ia mengaku, sejak beberapa hari terakhir mendengar suara guguran material yang diduga turun dari puncak gunung itu.

Tetapi, katanya, hingga saat ini dirinya belum melihat semburan awan panas dari gunung tersebut.

Seorang petani lainnya, Hartati (42), mengaku, melihat abu tipis turun di halaman rumahnya Selasa pagi.

"Betul, ini abu Merapi," katanya ketika menjelaskan tentang abu yang menempel di jok sepeda motor di halaman rumahnya.

Petugas Pos Pengamatan Merapi di Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yulianto, mengatakan, hingga saat ini belum terjadi semburan awan panas dari Merapi.

Status aktivitas vulkanik Merapi "awas" ditetapkan Badan Vulkanologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang berkantor di Bandung, Jawa Barat, sejak Senin (25/10) pukul 06.00 WIB.

Ia mengatakan, sebagian abu tipis yang antara lain turun hingga Desa Ngargomulyo itu berasal dari guguran material.

"Itu karena ada guguran dari puncak, kalau awan panas hingga saat ini belum terlihat. Titik api diam hingga sepanjang malam tadi juga belum terlihat dari sini (Pos Babadan, red.)," katanya. 

Hingga sekitar pukul 04.30 WIB terdengar secara jelas di Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, yang berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak gunung berapi tipe awan panas tersebut suara guguran material dari puncak Merapi .

Aktivitas warga sejumlah desa terakhir di kawasan barat Merapi hingga sekitar pukul 08.30 WIB masih terlihat seperti hari biasa meskipun mereka meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan gunung itu memasuki fase erupsi yang biasanya ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu.

Aktivitas seperti hari biasa mereka itu antara lain anak-anak berangkat ke sekolah, orang dewasa mencari rumput dan kayu bakar, menggarap tanaman sayuran dan padi di sawah dan ladangnya, serta berangkat ke pasar setempat untuk menjual hasil bumi.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010