"Salah satu kendala utamanya yaitu ada di pengajar yang kurang kompeten di bidang teknologi. Para guru lebih gaptek dibandingkan dengan muridnya," kata Pratama kepada ANTARA, Senin.
Hal ini dia katakan menjelang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang jatuh pada 10 Agustus 2021,
Pratama melanjutkan, kurikulum yang ada di Indonesia harus diperbarui agar dapat mengejar ketertinggalan. Semua elemen baik dari masyarakat, pejabat, swasta, ataupun institusi pemerintah harus selalu up to date mengenai pendidikan teknologi.
Menurut Pratama, tidak adanya pendidikan sejak awal membuat pemahaman yang didapat masyarakat hanya seputar pasal-pasal dari KUHP, UU Pornografi, dan UU ITE.
Baca juga: Teknologi IoT tingkatkan efisiensi dan transparansi kelistrikan
"Jadi hanya pendekatan top down dan pendekatan law enforcement. Sedangkan pendekatan bottom up dan kultural lewat pendidikan serta edukasi teknologi ini hampir tidak ada," ujar Pratama.
"Di kurikulum pendidikan kita tidak ada yang mengajarkan bagaimana berinternet yang sehat, aman, dan produktif. Adanya norma budaya dan agama, itu tidak cukup. Apalagi para orang tua, pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama ini kan bukan native digital, tidak mengenal lebih dalam dunia digital," tambahnya.
Pratama juga mengatakan, pemerataan infrastruktur internet menjadi tantangan terbesar dalam menyelenggarakan pendidikan teknologi karena saat ini lebih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Pakar TI dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, pemerataan internet menjadi permasalahan yang harus segera dituntaskan.
"Belum merata kan. Yang pelosok-pelosok itu masih banyak yang belum tersentuh. Ini PR besar pemerintah juga untuk memberi perhatian pada teknologi kerakyatan yang bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang," kata Heru.
Sementara itu, Pratama mendorong pemerintah untuk dapat melahirkan teknologi digital di berbagai kota besar di luar pulau jawa.
Menurutnya, hal ini penting dilakukan agar tercipta pendidikan teknologi di seluruh Tanah Air termasuk kota-kota yang melek siber dan menjadi pusat inovasi digital berlokasi di luar Jawa. Pratama mengambil contoh kesuksesan Bangalor di India sebagai Sillicon Valley baru dunia, yang lokasinya jauh dari ibukota New Delhi.
"Jadi PR kita sangat banyak. Bisa dimulai dengan memperbanyak konten edukasi guru dan murid. Pengajarnya tidak harus selalu guru, bisa dari profesional atau aktivis relawan siber," tutup Pratama.
Baca juga: Kominfo dukung penuh penyaluran bansos manfaatkan teknologi digital
Baca juga: Kominfo nilai SDM mumpuni kunci kuasai teknologi digital
Baca juga: Wamen BUMN apresiasi capaian transformasi digital PLN
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021