Sleman (ANTARA News) - Dasar Sungai Code Yogyakarta harus segera dikeruk untuk mengantisipasi meluapnya sungai ini menyusul banjir lahar dingin Gunung Merapi, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Menurut Sultan di Yogyakarta Sabtu, pengerukan diperlukan karena dasar Sungai Code sekarang sudah dangkal akibat material lahar dingin Gunung Merapi.

"Kami sudah melakukan koordinasi dengan Wali Kota Yogyakarta dan muspida setempat terkait pengerukan Sungai Code. Jika bisa hari ini (Sabtu) atau besok harus dikeruk karena jika tidak dikeruk maka air akan membludak. Lumpur di sungai itu sudah berada di bibir sungai," katanya.

Ia mengatakan banjir lahar dingin Gunung Merapi yang terjadi sejak Kamis (4/11) membuat beberapa jembatan ambrol sehingga material vulkanik Gunung Merapi yang terbawa ke sepanjang sungai masuk ke kawasan penduduk di sepanjang bantaran sungai.

Sultan mengimbau kalangan masyarakat yang ada di sekitar Sungai Code untuk waspada dan mengungsi ke tempat lain.

"Warga yang menempati bantara sungau harus mengungsi kalau memang merasa tidak aman. Warga harus berada pada jarak 300 meter dari bantaran Sungai Code," katanya.

Air Sungai Code yang keruh dan dipenuhi material vulkanik Gunung Merapi pada Sabtu malam mulai meninggi hingga sampai ke bantaran sungai akibat hujan lahar dingin Gunung Merapi sehingga membuat kalangan masyarakat yang tinggal di dekat sungai khawatir.

Sebelumnya Pusat Vulkanologi dab Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi meminta warga di bantaran sungai diimbau mematuhi instruksi untuk menghindar sejauh 300 meter dari sungai karena ancaman lahar dingin Gunung Merapi hingga kini masih terus berlangsung.

Meskipun beberapa sungai yang teraliri material lahar dingin Gunung Merapi masih tergolong kecil, maka kalangan warga diminta tetap waspada, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono.

"Aktivitas Gunung Merapi yang terpantau sejak Sabtu dini hari masih menunjukkan tingginya luncuran awan panas yang berentetan tanpa henti. Hal ini menandakan Gunung Merapi masih berbahaya dan tetap pada status awas," katanya.

Ia mengatakan jika cuaca cerah dan air sedikit surut, bukan berarti warga diizinkan berdekatan dengan sungai, apalagi yang berhulu di Gunung Merapi. Ancaman banjir lahar dan awan panas masih belum dinyatakan berhenti dan masyarakat harus tetap waspada, termasuk saat cuaca ekstrem seperti hujan deras.

(B015*E013/H010/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010