Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dan ekonomi, Ginanjar Kartasasmita, menyarankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tetap berangkat menghadiri KTT APEC di Jepang dan pertemuan G-20 di Korea Selatan.

"Saya dengar keberangkatan Presiden SBY ke G-20 di Korea Selatan dan APEC di Jepang akan dibatalkan. Alasannya karena beliau ingin menekuni sendiri penanganan masalah bencana alam di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Wasior, Mentawai dan Merapi," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ginandjar kurang sependapat dengan hal itu karena Presiden Yudhoyono sudah menunjukkan empati, kepedulian serta rasa tanggung jawabnya atas berbagai musibah alam itu, bahkan Presiden Yudhoyono memperpendek keberadaan di Hanoi dan selama beberapa hari berkantor di Yogya dengan para pembantu utamanya.

"Saya yakin rakyat mengapresiasi berbagai tindakan Presiden itu. Tapi, saya kira sekarang sudah selayaknya penanganan di lapangan diserahkan kepada instansi pelaksana dan petugas dilapangan," kata Ginanjar yang juga sebagai anggota Wantimpres.

Presiden SBY dapat mengikuti perkembangan penanggulangan bencana dari Jakarta atau dari Seoul atau Yokohama, kata dia, sama efektifnya dengan berada di Yogya.

Dengan sistem komunikasi yang sudah canggih, lanjut Ginanjar, Presiden dapat mengikuti "real time" atau perkembangan setiap saat sehingga bisa mengambil keputusan saat keputusannya diperlukan.

"Keberadaan beliau dilapangan mungkin bisa memperpendek jalur komando, tapi juga kalau kelamaan akan membuat intansi-instansi teknis dan petugas dilapangan menjadi kikuk dan malah hilang inisiatif dan rasa tanggung jawab. Terutama, para menteri dan pejabat-pejabat jadi "manja" dan tidak bisa bertanggung jawab karena diambil alih oleh Presiden," paparnya.

Sehingga, bisa terjadi para pembantu Presiden menjadi tidak mandiri dan kurang kewibawaannya.

"Saat ini Indonesia sebagai Ketua ASEAN, sehingga kehadiran Presiden SBY sangat diperlukan. Pertemuan G-20 sangat penting untuk pemulihan ekonomi dunia. Demikian juga ekonomi di Indonesia," ujarnya.

Tuan Rumah APEC

Ia menjelaskan, Indonesia juga akan menjadi tuan rumah APEC, sehingga kehadiran Presiden Yudhoyono di APEC juga penting.

"Memang bisa saja Wakil Presiden mewakili, seperti saya mewakili Presiden Habibie saat KTT APEC di New Zealand, tahun 1999. Tapi lain pamor dan wibawanya, bila Presiden sendiri yang hadir. Lagi pula Korea Selatan dan Jepang kan tidak terlalu jauh, sehingga jika ada perkembangan yang kritis beliau bisa saja terbang kembali ke Indonesia," tutur Ginanjar.

Ia menambahkan, masalah bencana alam, bukan persoalan kecil, bahkan Indonesia mengalami tiga becana yang besar secara bersamaan, apalagi letusan Merapi, sehingga tentu perhatian penuh harus dicurahkan untuk mitigasinya, kemudian penangan pasca-bencana yang cukup rumit.

"Tapi, "life must go on", kehidupan negara harus jalan terus tidak boleh terganggu dan roda pemerintahan harus berfungsi seperti biasa. Justru dalam keadaan penuh cobaan ini, kinerja pemerintah di segala bidang tidak boleh berkurang, termasuk di bidang ekonomi. Mau tidak mau, itu banyak dipengaruhi oleh ekobomi global," katanya seraya menambahkan oleh karena itu kerja sama dalam rangka G-20 dan APEC harus dilihat dari sudut pandang ini.

(S037/A011/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010