Liwa, Lampung Barat (ANTARA News) - Sebagian besar masyarakat Pesisir Lampung Barat menjauh dari pantai akibat getaran gempa 5,1 skala Richter (SR) yang terjadi di Provinsi Bengkulu, Minggu pukul 04.24 WIB.

"Saat terjadi getaran gempa, sebagian besar masyarakat yang tinggal di bibir pantai lari ke luar rumah dan menjauh dari bibir pantai, masyarakat takut, gempa tersebut dapat berpotensi tsunami," kata masyarakat Kuala Stabas, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat, Mulyono (39) di Kuala Stabas.

Dia menjelaskan, getaran gempa tersebut membuat gelombang pesisir meningkat.

Menurut dia, getaran gempa tersebut membuat perabotan yang terbuat dari kaca terjatuh.

"Getaran gempa tersebut cukup kuat, sehingga perabotan saya bayak yang terjatuh, beruntung getaran tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tidak merusak barang barang lain," kata dia.

Kemudian lanjutnya, gempa dan tsunami menjadi momok bagi masyarakat Pesisir Lampung Barat.

"Sebagian besar rumah masyarakat tinggal di dekat bibir pantai, sehingga saat terjadi gempa, mereka sontak lari dari rumah dan menjauh dari pantai, mereka takut bencana tsunami bisa saja terjadi," katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan terjadi gempa berkekuatan 5,1 skala Richter (SR), Minggu pukul 04.24 WIB dengan pusat 73 kilometer Barat Daya Bintuhan Bengkulu, Bengkulu.

Gempa yang berlokasi di 5,05 Lintang Selatan 102,79 Bujur Timur dengan kedalaman 53 kilometer dinyatakan tidak berpotensi tsunami.

Pusat gempa juga berada pada 127 kilometer barat laut Krui Lampung, 145 barat daya Liwa-Lampung, 154 kilometer tenggara Bengkulu-Bengkulu, 464 Kilometer barat laut Jakarta-Indonesia.

Getaran gempa tersebut membuat masyarakat Pesisir Lampung Barat berhamburan keluar rumah, mereka takut gempa besar tersebut dapat menimbulkan gelombang tsunami.

Daerah yang potensial terjadinya bencana stunami menjadi kecemasan bagi sebagian masyarakat, pasalnya di daerah ini terdapat pemukiman masyarakat cukup padat, yang berada di dekat bibir pantai.

Kesiagaan bencana perlu di tingkatkan masyarakat, pasalnya daerah yang potensial terjadi gempa tsunami berada di daerah pesisir, selain itu pemerintah setempat, dapat memberikan simulasi bencana dan jalur evakuasi kepada seluruh masyarakat, sehingga saat bencana tersebut benar benar terjadi, maka korban jiwa tidak berjatuhan.

Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung menyatakan enam kecamatan di Kabupaten Lampung Barat rawan bencana tsunami dan gempa bumi, sehingga perlu mendapat perhatian khusus.

Enam kecamatan yang rawan tersebut adalah sebagian wilayah Pesisir Utara, Karya Penggawa, Belalau, Suoh, Batubrak, dan Bengkunat.

Selain itu, ada juga beberapa kecamatan yang dikategorikan sebagai wilayah rawan bencana gempa bumi, yaitu beberapa titik di daerah Lemong, Sekincau, Sumberjaya, Way Tenong, Balikbukit, dan Sukau.

Menurut penuturan masyarakat sekitar, akibat getaran gempa tersebut, sebagian besar perabotan masyarakat bergetar kencang, bahkan terjatuh.

Selain itu, akibat gempa tersebut, gelombang perairan Pesisir Lampung Barat mengalami peningkatan, diperkirakan mencapai tiga hingga empat meter.

Sebelumnya Plt Sekretaris Daerah Lampung Barat, Nirlan mengatakan, masyarakat Pesisir Lampung Barat dapat waspada bahaya gempa tsunami.

"Berkali kali kami terus mengingatkan masyarakat untuk waspada akan bencana gempa dan tsunami, yang mana daerah ini rentan terhadap bencana tersebut," kata dia.

Dia menjelaskan, saat terjadi gempa besar, masyarakat dapat keluar rumah dan menjauh dari bibir pantai.

Menurut Nirlan, kewaspadaan terhadap bencana dapat menekan jatuhnya korban jiwa.

"Koordinasi yang baik semua pihak, tentunya dapat memberikan dampak besar terhadap keselamatan masyarakat, selain itu dari kesiagaan bencana alam, mampu menekan jatuhnya korban jiwa, dan berharap masyarakat dapat siaga akan ancaman bencana ini," katanya.(*)
(ANT-049/Z002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010