Dublin (ANTARA News) - Demi meredakan kekhawatiran meledaknya lagi krisis utang di Eropa, Dana Moneter Internasional dan Uni Eropa, hari ini, menyetujui mengalirkan dana talangan (bail out) untuk Irlandia yang nyaris bangkrut setelah pemerintah negeri ini tiba-tiba mengajukan permintaan bantuan setelah beberapa hari lalu menolak uluran tangan internasional.

Irlandia menjadi negara kedua di Eropa dalam enam bulan terakhir yang membutuhkan paket bantuan keuangan darurat bernilai miliaran dolar AS.

Janji bantuan keuangan internasional muncul setelah negara-negara besar di benua ini menekan Irlandia agar menerima dana talangan karena khawatir krisis keuangan di negeri itu bakal menulari negara-negara sakit lainnya di Eropa seperti Portugal dan Spanyol, selain dipandang bisa mendestabilisasi euro.

Setelah telekonferensi mendadak di Dublin, dalam mana para pejabat Irlandia memohon bantuan keuagan di tengah keadaan perbankan negara ini yang memprihatinkan, para menteri keuangan Uni Eropa dan pimpinan IMF menyetujui secara prinsipil memberikan pinjaman kepada Irlandia.

Namun rincian paket bantuan itu --termasuk skala dan syarat yang dikenakan-- bisa memakan waktu beberapa hari atau berminggu-minggu mengingat perselisihan tajam antara para pejabat Irlandia dengan tim perunding IMF dan Uni Eropa.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, para pejabat Eropa mengatakan bahwa pemerintah Irlandia mesti merestrukturisasi sistem keuangannya yang bangkrut itu, disamping penghematan besar-besaran di sektor publik Irlandia yang justru sudah terpukul hebat.

"Bank-bank Irlandia akan secara signifikan menjadi lebih kecil dibandingkan masa sebelumnya dan secara bertahap harus belajar untuk kembali berdiri di atas kaki mereka sendiri," kata Perdana Menteri Irlandia Brian Cowen.

Pada saat bersamaan, pemerintah harus menaikkan pendapatan pajaknya dan mengurangi anggaran belanja pada tingkat yang wajar.

Malapetaka keuangan Irlandia ini menggarisbawahi betapa gaung krisis finansial global masih melukai dunia, dua tahun setelah ambruknya Lehman Brothers di Amerika Serikat.

Jika Yunani menerima dana talangan 141 miliar dolar AS bulan Mei lalu akibat pemerintah boros, miskelola ekonomi dan korupsi, maka Irlandia menerima dana talangan karena bank-banknya bermasalah setelah menangguk kredit macet ala perbankan AS akibat alokasi kredit jor-joran di sektor real estate.

Memalukan

Akibat keadaan ini, investor dan nasabah didera krisis kepercayaan kepada bank, lalu membuat bank-bank Irlandia tidak mampu meminjam dari pasar keuangan global begitu mereka menderita kekeringan likuiditas hingga miliaran dolar AS.

Pada saat yang sama, pemerintah yang sudah menyuntikkan bantuan 68 miliar dolar AS ke bank-bank mereka, menghadapi defisit anggaran yang menganga akibat mandeknya pendapatan pajak dan ketidakmampuan mendorong perbankan hidup.

Investor yang panik melepas surat-surat utang Irlandia dalam beberapa pekan terakhir, lalu memacu membumbungnya beban pinjaman Irlandia dan sejumlah negara Eropa lainnya.

Menteri Keuangan Irlandia Brian Lenihan menyatakan pemerintah berkeinginan membuat sistem perbankannya tidak ambruk dan itu menjadi masalah bagi negerinya.

Setelah memaksa warganya berhemat besar-besaran, Irlandia kini menghadapi persoalan yang lebih gawat. Uni Eropa dan IMF menanti persetujuan pemerintah Irlandia untuk paket bantuan berjangka empat tahun demi menutupi defisit anggaran 20 miliar dolar AS.

Media massa di Dublin menyebut adalah memalukan bagi negara yang beberapa tahun belakangan disebut "Macan Celtic" tiba-tiba harus menggantungkan diri kepada Uni Eropa dan IMF.

Sunday Independent misalnya, menyebut tujuh hari terakhir di Irlandia sebagai "pekan terhitam sejak Perang Saudara (Irlandia)." Koran ini merujuk membanjirnya arus kepindahan kaum muda negeri itu ke luar negeri dalam jumlah yang tak pernah terjadi pada waktu sebelumnya.

Hari Minggu lalu, sejumlah demonstran mengecam keputusan bail-out negerinya dengan memaksa bentrok dengan polisi.

Kendati para analis menyebutkan Irlandia membutuhkan antara 50 sampai 130 miliar dolar AS untuk merekapitalisasi perbankannya dan mengguyuri lagi pundi keuangan pemerintah, Lenihan dan Cowen menolak menyebutkan berapa banyak dana yang diminta pemerintah dari Uni Eropa dan IMF.

Lenihan mengatakan jumlahnya akan berada di bawah angka 100 miliar euro atau 137 miliar dolar AS.

Sejumlah pejabat Uni Eropa malah berkata lain bahwa jumlahnya bisa mencapai 120 miliar dolar AS. Karena Irlandia perlu memulihkan lagi kepercayaan investor dengan cepat, maka Uni Eropa bersiap menawarkan Dublin satu paket pinjaman berjangka waktu tiga tahun.

Ujian

Permintaan bantuan keuangan dari Irlandia ini sekali lagi akan menguji kekompakan Uni Eropa setelah beberapa waktu lalu menggelontorkan 1 triliun dolar AS dana talangan kepada Yunani.

Namun keputusan Uni Eropa membuat marah rakyat Jerman mengingat negara ini menjadi negara terbesar mengeluarkan bantuan. Kanselir Angela Merkel tampaknya harus kembali meyakinkan rakyatnya bahwa bantuan untuk Irlandia perlu diberikan demi mencegah krisis menjalar ke Eropa dan mendestabilitasi euro.

Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble mengakui keputusan memberikan bantuan ke Irlandia itu berat, namun perlu ditempuh untuk mengatasi masalah di sana.

PM Inggris David Cameron bahkan akan mengambil langkah luar biasa dengan memberi bantuan langsung senilai 11,2 miliar poundsterling kepada Irlandia, yang mungkin ditentang oleh koleganya di Partai Konservatif.

Kini muncul pertanyaan apakah dengan membantu Irlandia akan cukup mencegah Eropa tidak memberikan bantuan serupa kepada Portugal, yang adalah negara kecil lainnya yang perekonomiannya lemah dan menghadapi defisit yang luar biasa besar.

Namun ujian terbesar adalah apakah Spanyol yang merupakan perekonomian terbesar keempat di zona euro, juga membutuhkan paket bantuan.

Di Irlandia, Cowen tengah berjuang menenangkan oposisi, serta rekan separtainya dan rakyatnya sendiri, yang menuduhnya salah mengelola krisis dan menyesatkan negara dengan meminta bail out internasional.

Hari Minggu lalu, Cowen menolak tuntutan mundur. Sebaliknya para pengamat menilai pemerintahannya berada dalam bahaya yang justru bisa menggagalkan mengalirnya bantuan Uni Eropa dan IMF dengan cepat.

Sejumlah analis memprediksi pemerintahan Cowen tidak akan bertahan sampai akhir tahun ini.

"Situasi politik demikian tegang, dan itu bisa makin membuat rumit penyelesaian krisis. Masalah Irlandia tidak akan cukup diatasi dengan cek bantuan dari IMF dan Uni Eropa," kata Constantin Gurdgiev, dosen ekonomi pada Trinity College Dublin. (*)

washington post/jafar sidik

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010