London (ANTARA News) - Sudah beberapa hari ini Inggris mengalami hujan salju yang membuat transportasi mengalami hambatan dan bahkan pembatalan penerbangan di berbagai bandara serta stasiun kereta api dan bahkan bila terus berlangsung kesulitan bahan bakar.

Bahkan beberapa sekolah terpaksa meliburkan murid muridnya dan juga mahasiswa Indonesia tidak dapat ke kampus dan para pekerja pun bolos dan mereka yang berpergian harus mengurunkan niatnya.

Temperatur sepanjang Kamis di beberapa wilayah -antara lain di bagian utara Pulau Inggris- membeku sampai -14C yang bila berlanjutnya hingga hari ini bisa membuat ketebalan salju mencapai 30 cm. Badan meteorologi memperkirakan temperatur bisa anjlok sampai -25C hingga -20C di beberapa wilayah Skotlandia.

Kepolisian Inggris menganjurkan agar orang tidak usah bepergian jika tidak diperlukan, khususnya di kawasan yang terkena hujan salju lebat, seperti Skotlandia dan beberapa kawasan di sebelah utara Inggris.

Bandara Gatwick ditutup hingga Jumat karena salju turun setebal 15 cm bahkan di beberapa tempat di sekitar bandara Gatwick, Surrey, salju mencapai 25 cm. "Kami berupaya semaksimal mungkin agar bisa kembali beroperasi," kata juru bicara bandara Gatwick.

Peringatan tentang salju yang masih akan turun dikeluarkan di Skotlandia serta beberapa wilayah lain, antara lain London, Yorkshire serta di Inggris utara maupun kawasan barat daya dan timur laut.

Sementara layanan kereta api yang menghubungkan London dan Brussel, Eurostar membatalkan sebagian layanannya termasuk dari London ke Paris.

Menurut BBC, lebih dari 250.000 anak sekolah Skotlandia diliburkan dan beberapa di antaranya mungkin akan ditutup hingga akhir pekan ini. Diperkirakan sekitar 1.500 dari total 2.722 sekolah ditutup karena salju yang datang lebih awal tahun ini dibanding tahun sebelumnya.


Tidak berpengaruh

"Alhamdulillah salju yg melanda Inggris tidak mempengaruhi kinerja KBRI," ujar Sekretaris I KBRI London, Novan Ivanhoe Saleh kepada ANTARA London, Jumat.

Dikatakannya kegiatan berjalan seperti biasa dan para staf juga tetap ke kantor kecuali ada beberapa yang tinggal dipinggir London agak terlambat karena gangguan transportasi.

Sekretaris Tiga KBRI London, Billy Wibisono mengatakan di tengah hujan salju yang menyelimuti London dan hampir seluruh bagian Inggris, KBRI London terus aktif dalam melakukan pelayanan masyarakat dan menjalankan roda hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris.

Sebagai contoh, beberapa staf KBRI yang tinggal di daerah selatan dimana hampir tidak ada transportasi publik yang jalan tetap berjuang untuk datang ke KBRI untuk menjalankan tugasnya.

Selain itu, kantin KBRI menjadi tempat pertemuan dan silaturahmi antar masyarakat Indonesia sambil menikmati sop ayam hangat dan empal daging yang dihidangkan hari ini.

Bukan hanya itu, namun juga terlihat beberapa staf dari kedutaan lain di sekitar KBRI yang menikmati santapan yang dihidangkan di kantin KBRI, ujar Billy.

Dikatakannya walaupun matahari hampir tidak terlihat seharian ini, namun suasana London menjadi semakin indah dengan lapisan tipis salju yang menyelimuti London, khususnya di Grosvenor Square depan KBRI London.

Sementara itu Dian Pangestuti Neilson, ibu tiga putra yang masih sekolah yang di daerah Enfield, London mengakui bahwa ia sudah buru buru menyiapkan anak anak berangkat ke sekolah.

Menurut Dian Neilson, ketika sajlu turun, sekolah tutup, ini bukan hal yang luar biasa di Inggris, sebenarnya amat disayangkan, kenapa harus tutup, toh salju tidak setebal di Skotlandia sekarang ini, yang mencapai ketinggian lebih dari 20 cm.

Dian mengakui pemerintah Inggris kurang dapat mengatasi dengan baik ketika salju turun, kurang antisipasi, misalnya persediaan garam.

"Kenapa sekolah harus ditutup, saya tidak habis pikir, kebetulan sekolah anak-anak itu jalannya tidak berbahaya," ujarnya menambahkan mungkin karena alasan lain, guru yang tinggal agak jauh tapi apakah memang ini menjadi hambatan untuk bekerja.

Begitupun Yeffry Handoko P yang tengah mengambil program tiga bulan di Essex University, Colchester mengakui sejak Selasa tidak ke kampus karena tidak ada bus. "Bisnya jarang ada, saljunya terus menerus, saya menghabiskan waktu di apartemen aja. Untung cadangan makanan penuh," ujar Yeffry

Sementara itu Donny Eros yang juga sendang mengambil program Master di Essex University mengatakan banyak turunnya salju membuat berbagai fasilitas di kampus ditutup dan bahkan banyak rekannya asal Inggris yang mengeluh. "Saya kira anak Essex sudah biasa, ternyata malah lebih banyak yang mengeluh," ujar Donny.

Sementara itu Dono Widiatmoko yang berdomisili di daerah Manchester mengatakan bahwa musim dingin kali ini memang relatif lebih cepat datangnya.

"Kediaman kami tidak jauh dari peak district national park, sehingga suhu udara dan salju lebih banyak turun dibanding daerah perkotaan," ujar dosen di salah satu universitas di daerah Manchester.

Dikatakannya sudah berapa hari ini halaman rumah beku semuanya. Tanaman dan sayuran yang ditanam di halaman sudah beku persis seperti di dalam lemari es.

Begitupun kolam ikan di halaman belakang rumah juga sudah membeku airnya sampai anak-anak bisa loncat-loncat di atas permukaan air kolam yang membeku, ujar ayah tiga anak.

Namun demikian, dampak salju di seputar Manchester dan sekitarnya masih tidak terlalu besar. Meskipun sekolah putranya Fakhri sempat tutupi karena tidak safe banyak es dan salju di sekitar sekolah, tapi sekolah putrinya Rana tetap masuk.

Kegiatan di kampus tempat saya ngajar juga normal, walau banyak mahasiswa dan juga dosen yang tidak bisa pergi ke kampus karena terhalang salju, demikian Dono Widiatmoko.

Menurut suami Lusi Wadawati, tampaknya pemerintah daerah (Council) sudah lebih siap menghadapi musim dingin kali ini.

Jalan-jalan sudah digarami (grit) sejak diperkirakan akan muncul salju dan suhu yang rendah, sehingga lalu lintas jalan raya bisa terus lancar tanpa halangan.

Yang masih banyak halangan adalah transport kereta api, dimana banyak terjadi pembatalan jadwal kereta api karena rel keretanya terhalang salju, kerusakan jaringan karena suhu terlalu dingin, dan juga keterlambatan pemberangkatan karena alasan safety di stasiun-stasiun kereta. (ZG/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010