Yogyakarta (ANTARA News) - Tim peneliti Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengusulkan seluruh permukiman di kaki Gunung Merapi yang kini terkubur material vulkanik dijadikan kawasan sabana kolektif.

"Kawasan sabana kolektif berfungsi sebagai sumber pakan ternak dan zona bebas hunian dan bangunan tegak dengan kepemilikan lahan dijamin tetap berada di tangan warga," kata koordinator tim peneliti UGM Sudaryono di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, daerah sabana kolektif itu sebaiknya ditanami tanaman talas, pisang, dan rumput karena dalam jangka pendek dan menengah, hanya ketiga tanaman itu yang bisa tumbuh di kawasan tersebut.

"Seluruh kawasan dusun yang terkubur material Merapi kini telah menjadi koridor baru dari luncuran lahar dan awan panas gunung tersebut," kata dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UGM itu.

Ia mengatakan, wilayah itu berisiko tinggi jika dihuni kembali karena di waktu mendatang erupsi dan awan panas bisa menerjang kembali daerah itu.

"Daerah yang kini terkubur material vulkanik akibat luapan lahar Merapi memiliki ketebalan pasir mencapai 2-10 meter, lebar 200 meter, dan panjang 15 kilometer," katanya.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan, penataan ruang untuk kawasan permukiman warga yang tingal di sekitar Merapi perlu memperhatikan beberapa aspek.

"Aspek itu antara lain budaya, sosial, dan ekonomi. Dalam kontesk itu perlu skenario tata ruang yang holistik" katanya.(*)

ANT/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010