Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak Presiden petahana (incumbent) Pantai Gading Laurent Gbagbo untuk memberikan kekuasaan kepada "pemenang pemilu yang sah", kata seorang pejabat senior AS pada Senin.

Pernyataan itu disampaikan di tengah meningkatnya kerusuhan di negara tersebut. Setidaknya 20 orang tewas pada pemilu yang tampaknya terkait dengan kecurangan tersebut di tengah ketegangan antara Presiden petahana Gbagbo dan saingannya Alassane Ouattara, mantan perdana menteri, sebagaimana dikutip dari AFP.

Keduanya telah diangkat sumpahnya sebagai presiden di negara Afrika barat tersebut dan masing-masing juga telah menunjuk perdana menteri yang berbeda.

"Bagi Gedung Putih, Ouattara adalah pemenang yang sah dari pemilu itu," kata seorang pejabat senior Gedung Putih kepada AFP dalam sebuah wawancara eksklusif.

Gbagbo (65) menolak permintaan internasional untuk mengakhiri kekuasaannya selama 10 tahun, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui Ouattara sebagai pemenang pemilu presiden yang seharusnya memberikan kedamaian namun malah dirusak oleh kekerasan berbuntut kematian.

Dalam surat kepada Gbagbo pekan lalu, Obama mengajukan tawaran untuk memilih dua pilihan yang tetap berlaku meski pemimpin tersebut telah dilantik pada Sabtu.

"Anda dapat mematuhi hasil pemilu tersebut dan menyingkir serta menghormati hasil pemilu," kata pejabat yang tidak ingin diungkapkan identitasnya tersebut saat merinci surat Obama.

"Namun bila Anda terus maju dalam jalur yang tampaknya membuat Anda malah akan turun, Anda akan menghadapi lebih banyak pengucilan internasional, Anda juga mengabaikan keinginan rakyat Anda sendiri dan Anda akan menanggung konsekuensi dari tindakan yang tidak adil itu."

Obama makin menambah tekanan dunia atas kedua orang tersebut.

PBB mengatakan pihaknya menarik ratusan staf keluar dari negara itu karena situasi yang tidak aman sementara mantan presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki mengakhiri misi penengahan darurat tanpa adanya pengumuman berarti setelah berbicara dengan kedua saingan itu.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyampaikan "keprihatinannya yang mendalam" dan "berhubungan erat dengan banyak pemimpin dunia" mengenai kondisi Pantai Gading, kata juru bicara PBB Farhan Haq.

Uni Eropa mengancam akan menerapkan sanksi bila krisis tidak diselesaikan dengan cepat.

Pendukung Ouattara menduduki jalan-jalan di kota utama Abidjan dan mantan pemimpin pemberontak yang menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Gbagbo sebelum pemilu, Gullaume Soro, memperingatkan Gbagbo bahwa ia akan menghadapi pemberontakan bersenjata bila ia tidak mundur.

Perang sipil pecah di negara produsen kakao terbesar di dunia itu antara kubu utara dan selatan pada 2002 dan 2003. Pemilu seharusnya mengakhiri masa satu dasawarsa konflik di negara yang termasuk paling makmur di Afrika barat tersebut.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010