Surabaya (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para pemangku kepentingan ekonomi untuk mengutamakan pasar dalam negeri, seperti perdagangan antarpulau atau antarprovinsi.

"Kita akui bahwa pemerataan belum optimal, karena itu perekonomian nggak harus berorientasi ekspor, sebab 230 juta penduduk lebih itu market," katanya dalam kuliah umum di Grha ITS (institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya, Selasa.

Di hadapan mahasiswa, dosen, dan karyawan ITS serta sejumlah jajaran musyawarah pimpinan daerah (Muspida) Jatim itu, Kepala Negara mengatakan, perekonomian hendaknya mempertimbangkan sektor kewilayahan dan sumber pendanaan domestik.

Ke masa depan, menurut Kepala Negara, utang akan terus diturunkan dan rasio utang terhadap GDP (Gross Domestic Product) harus dijaga agar tidak terjadi defisit, bahkan industri alat pertahanan juga harus mandiri.

Presiden mengemukakan, pemerintah juga tidak akan menyerahkan pada mekanisme pasar sepenuhnya, namun pemerintah juga akan menjaga mekanisme pasar itu.

"Jadi, kita tidak akan sepenuhnya menyerahkan pada mekanisme pasar seperti ekonomi kapitalis, tapi pemerintah juga akan berperan untuk menjaga pasar itu, sehingga ada mix, antara ekonomi pasar dan peran pemerintah," kata Kepala Negara.

Presiden Yudhoyono, yang pernah menjadi mahasiswa ITS pada 1969 menjelang masuk Akademi Angkatan Bersenjata RI (AKABRI), menegaskan bahwa Indonesia akan memilih sistem ekonomi yang bersifat eco social market economic.

"Kita memiliki ekonomi yang kuat dengan pertumbuhan berkisar 6-7 persen, ekonomi yang seimbang antarpulau, ekonomi yang dirasakan kelompok kaya dan miskin, serta ekonomi yang tidak merusak lingkungan," ujar Kepala Negara.

Dengan pilihan itu, katanya, Indonesia diyakini akan menjadi negara maju di abad XXI yang akan berakhir pada 90 tahun lagi, namun kemajuan itu tidak harus ditunggu selama itu.

"Target kita adalah 15 tahun akan ada kemajuan yang bukan hanya ekonomi, tapi juga kemajuan dalam daya saing dan inovasi, sistem hukum dan keadilan sosial, pertahanan dan diplomasi internasional," katanya.

Presiden menambahkan kemajuan negara dalam 15 tahun ke depan itu bukan hal yang skeptis, namun akan diperjuangkan bersama-sama dengan melibatkan seluruh elemen bangsa.

"Misalnya, konflik Aceh yang sudah berlangsung 30 tahun juga sulit dibayangkan akan berakhir damai, ketika dunia mengalami krisis global juga sulit untuk selamat, atau yang terakhir adalah bidang sepak bola, namun ternyata potensi untuk maju itu ada," katanya.

Dalam acara yang dihadiri sejumlah menteri itu, Presiden merujuk pada penilaian sejumlah lembaga asing, di antaranya Majalah Foreign Policy, Majalah The Economic, laporan World Economic Forum, laporan tahunan daya saing global untuk 139 negara, OECD, dan sebagainya.

Setelah menyampaikan kuliah umum itu, Presiden meresmikan Gedung Robotika dan Gedung Pusat Energi di ITS secara simbolis, serta membuka Forum Inovasi Indonesia di ITB secara telekonferens.
(T.E011/C004/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010