Jakarta (ANTARA  News -  Sekar  (Serikat Karyawan) PT. Telkom menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka guna membatalkan rencana merger Telkom Flexi dengan Bakrie Telecom dan mengganti seluruh direksi dan komisaris Telkom yang pro-penjualan aset negara.

"Ini skenario penjualan aset negara, merger dengan bakrie hanya kedok saja," kata Joko  Istianto,  perwakilan Sekar Telkom Jakarta di depan Istana Merdeka  jalan Merdeka Barat Jakarta.

Joko mengatakan bahwa rencana merger  datang dari direksi dan komisaris Telkom. Sekar dengan tegas menolak rencana itu karena itu merupakan skenario penjualan aset negara melalui kedok merger. "Esia kan perusahaan kecil, masa mau beli kita, makanya kita tolak merger," ujarnya.

Ketua DPP Sekar Telkom Wisnu Adhi Wuryanto dalam orasinya mengatakan bahwa Sekar memohon kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar membatalkan rencana merger Flexi dengan Bakrie telecom demi kepentingan perusahaan dan kepentingan nasional.

"Merger itu harus dibatalkan, karena jika dilakukan Telkom bisa kehilangan aset Rp3.5 triliun dan sama saja menjual aset negara ke pihak swasta dan ditengarai dalam waktu dekat akan beralih ke pihak asing, " kata Wisnu lalu  menyebut sudah ada dua investor yang berminat yaitu dari China dan Korea Selatan.

Dia mengemukakan merger ini lebih banyak keburukannya daripada manfaatnya baik dilihat dari aspek finansial, aspek sosial, aspek manjemen risiko dan "terutama sekali eksistensi SDM," katanya.

Menjelang RUPSLB (rapat umum pemegang saham luar biasa) pada tanggal 17 Desember 2010, Sekjen Sekar Telkom Asep Mulyana mengatakan bahwa pihaknya berharap kepada pemerintah dan Menteri BUMN untuk menilai lebih cermat kinerja operasional direksi telkom baik dari sisi pencapaian laba, harga saham, independensinya terhadap tekanan pihak luar, dan kondisi hubungan industrial dengan karyawan.

Massa Sekar yang berjumlah sekitar seribu orang itu memulai aksinya dari Kantor STO gambir pukul 9.30 WIB menuju Istana Merdeka. Mereka berasal dari seluruh Indonesia di antaranya dari Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua dan Jakarta.
(Yud/A038/BRT)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010