Jakarta (ANTARA News) - Satu spesies baru yang hidup sezaman dengan leluhur manusia 30 ribu tahun lalu telah ditemukan oleh para ilmuwan.

Manusia gua yang disebut Denisovans, teridentifikasi dari DNA gigi dan tulang jari dari suatu gua di Siberia.

Manusia gua itu ada selama akhir zaman es, ketika manusia modern membuat alat-alat dari batu, perhiasan dan seni.

Temuan itu menjadikan setidak-tidaknya ada tiga jenis anggota berbeda dari pohon keluarga manusia pada saat itu - manusia modern, Denisovans dan Neandhertal.

Tulang itu dimiliki oleh seorang gadis muda yang diberi julukan X-Women.

Pengujian sementara yang dilansir awal tahun ini memperkirakan ia secara keseluruhan adalah spesies baru manusia.

Analisis penuh DNA telah memastikan tempatnya pada penambahan cabang pohon keluarga manusia.

Penemuan itu menyusul penemuan kontroversial spesies baru lainnya yaitu manusia setinggi tiga kaki yang disebut Hobbit di Indonesia pada tahun 2004.

Banyak peneliti tak menganggap Hobbit karena menganggap tulang itu adalah manusia modern dengan kelainan pertumbuhan.

Jari kecil itu dimiliki seorang gadis yang berusia sekitar lima hingga tujuh tahun dan ditemukan di goa Denisova di pegunungan Aitai di utara Siberia pada tahun 2008. Ditemukan juga perhiasan dan ornamen.

Denisovans secara fisik berbeda dari manusia Neandhertal yang gempal dan manusia modern meskipun spesies itu sama-sama berjalan tegak lurus dengan dua kaki.

Giginya menyerupai leluhur manusia yang lebih tua - seperti homo erectus yang punah satu juta tahun yang lalu.

Denisovans tinggal pada semasa leluhur manusia dan leluhur Neandhertal berburu dan memancing, memakai perhiasan, menggambar di gua dan membuat ukiran binatang.

Pengujian DNA menunjukan bahwa gigi dan tulang jari berasal dari orang yang berbeda, seperti dilaporkan para peneliti itu dalam jurnal Nature.

Baru satu dasawarsa terakhir bahwa para ilmuwan mampu untuk menyusun DNA dari fosil. Sebelum itu mereka hanya mampu mengidentifikasi tulang dari bentuk dan ukuran.

Penelitian menemukan ekstrak DNA Denisovan pada habitat Melanesia - pulau di wilayah utara dan timur Australia termasuk Papua dan New Guinea. Artinya, kemungkinan Denisovan kawin dengan leluhur dari Melanesia lalu menyebar luas di Asia.

"Ini merupakan sebuah sampel luar biasa yang tersaji baik, jadi itu merupakan kenikmatan bisa bekerja dengan data yang menyenangkan ini."

"Kami tak tahu mengapa, tetapi hampir seperti keajaiban betapa baiknya DNA itu tersaji," Ujar Dr Richard Green dari universitas California, Santa cruz.

Spesies baru itu kelompok saudara Neandhertal dan temuan lukisan merupakan gambaran rumit dari evolusi manusia dan migrasi keluar dari Afrika.

Dr Green yakin satu kelompok dari leluhur awal manusia meninggalkan Afrika antara 300 dan 400 ribu tahun lalu dan dengan cepat berpisah.

Satu cabang menjadi Neandhertal yang menyebar di Eropa sementara lainnya bergerak ke timur dan menjadi Denisovan.

Sekitar 70 ribu tahun ada gelombang migrasi manusia modern keluar Afrika.

Mereka merupakan leluhur kita dan mereka pertama kali berhadapan dan bersilangan dengan Neandhertal - meninggalkan jejak DNA Neandhertal dalam kode genetik semua non-Afrika manusia masa kini.

Satu kelompok manusia modern kemudian kawin dengan Denisovans sehingga ada jejak DNA Denisovan di dalam manusia yang menetap di Melanesia.

"Penelitian ini mengisi beberapa rincian tetapi kami masih perlu mengetahui lebih banyak mengenai DNA Denisovan dan interaksi mereka dengan populasi manusia," ujar Dr Green.

"Lalu mungkin anda mulai bertanya-tanya, mungkinkah ada spesies ke-4 yang belum ditemukan?," kata Green.
(yud/A038/BRT)


Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010