Semarang (ANTARA News) - Puluhan orang lintas agama yang tergabung dalam Jaringan Pemuda Lintas Agama dan Gus Dur Center, Kamis memperingati setahun wafatnya mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.

Acara pertama digelar di taman depan GPIB Immanuel Blenduk Semarang yang diisi dengan pembacaan puisi, menceritakan perjuangan Gus Dur terhadap kemanusiaan dan kebinekaan, berdoa bersama, hingga berbagi soal humor Gus Dur.

Hadir dalam acara tersebut di antaranya Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Aloys Budi Purnomo, Henry Basuki (Buddha), Abu Hafsin (PWNU Jawa Tengah, Roberth (GPIB Immanuel), dan sejumlah peserta lainnya yang mayoritas mahasiswa.

"Ini mengambil momentum satu tahun wafatnya Gus Dur. Kami tidak melihat ke belakang, tetapi melihat apa yang diwariskan Gus Dur, bagaimana dapat kita meneruskannya," kata Rony Chandra Kristanto, Koordinator Jaringan Pemuda Lintas Agama Pondok Damai.

Hal senada juga disampaikan Aloys Budi Purnomo yang merupakan inisiator Gus Dur Center. Aloys mengatakan sepeninggal Gus Dur yang diperlukan adalah melanjutkan visi kemanusiaan dan kebhinekaan.

"Kami merindukan tokoh seperti Gus Dur yang mempunyai pengaruh dan keberanian. Sekarang ini banyak orang memiliki visi dan ingin melanjutkan cita-cita Gus Dur, akan tetapi yang mempunyai keberanian langka," katanya.

Menurut Aloys, dibutuhkan sejuta tokoh yang bersinergi untuk menggantikan sosok Gus Dur yang berani membela minoritas.

Selain acara yang digelar jaringan Pemuda Lintas Agama, Gus Dur Center juga menggelar acara peringatan satu tahun wafatnya Gus Dur dengan berkumpul di kawasan Tugu Muda, Kamis malam dengan menyalakan lilin dan berorasi.

Bagi Aloys, Gus Dur adalah seorang kyai, ulama, dan budayawan interreligius yang mewariskan nilai-nilai spiritual, dan kultural serta kontroversial dalam membela kesejahteraan umum bukan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.(*)
(U.N008/Z002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010