Jakarta (ANTARA) - Sutradara Wregas Bhanuteja memanfaatkan waktu luang selama karantina di Seoul, Korea Selatan sebelum menghadiri perhelatan Busan International Film Festival (BIFF) ke-26 di Busan pada 6-15 Oktober 2021 dengan menulis skenario film panjang kedua. Film panjang pertamanya, "Penyalin Cahaya" ("Photocopier") masuk ke dalam program kompetisi utama New Currents dan akan melakukan World Premiere di sana.  

"Justru karantina ini menjadi saat yang tepat untuk menulis skenario film panjang kedua saya. Ada meja di pinggir jendela, dan ketika jendela dibuka, angin segar pun masuk. Pemandangan di luar jendela adalah laut dan marina di mana banyak yacht berlabuh. Setiap matahari akan tenggelam, cahayanya bagus sekali. Hal ini sangat menstimulasi ide-ide untuk kemudian menulis skenario film berikutnya," ungkap Wregas, yang juga menulis skenario film “Penyalin Cahaya”.

Dia menceritakan pengalamannya menjalani karantina 14 hari saat tiba di Negeri Ginseng, persyaratan pemerintah setempat dan penyelenggara festival kepada para tamu undangan dari negara lain yang ingin menghadiri BIFF.

Wregas Bhanuteja dan Shenina Cinnamon, salah satu aktris "Penyalin Cahaya" menjalani karantina di hotel Seoul yang ditunjuk pemerintah Korea Selatan. Jaraknya sekitar 30 menit perjalanan mobil dari Bandara Internasional Incheon. Setelah mendarat di Incheon pada Senin, 20 September lalu, Wregas dan Shenina langsung mengisi dokumen persyaratan karantina, kemudian diantar ke hotel dengan menaiki bus khusus.

"Tiba di hotel, kami kembali mengisi dokumen pengecekan kesehatan, dan membayar biaya karantina selama 14 hari. Kamar saya dan Shenina ditempatkan bersebelahan. Hari pertama karantina, kami harus dites PCR. Lalu kami juga harus mengisi aplikasi kesehatan setiap hari untuk memantau apakah muncul gejala Covid-19 atau tidak. Suhu tubuh kami juga dicek setiap pukul 3 sore oleh tenaga kesehatan. Dan pada hari terakhir karantina nanti akan ada satu tes PCR lagi sebelum diizinkan keluar," papar Wregas seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis.

Soal makanan, Wregas mengatakan bahwa hotel karantina menyediakan tiga pilihan menu setiap harinya, yakni makanan Korea, Barat atau makanan halal. Makanan yang mereka pilih ini akan diantar setiap pukul 6 pagi, 12 siang, dan 6 sore.

Shenina menambahkan bahwa mereka tidak dibolehkan memesan makanan dari luar. Jika makanan tiba, akan ada pemberitahuan lewat pengeras suara di kamar. Selain untuk mengambil makanan di depan pintu, mereka pun dilarang keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain, semisal saat mengambil makanan. Denda pasti menanti jika aturan ini dilanggar. Aktris berusia 22 tahun ini juga mengatakan bahwa mereka harus membuang sampah di kantong plastik khusus yang akan diambil petugas hotel setiap harinya.

"Walau tidak bisa keluar kamar, untungnya jendela bisa dibuka, sehingga ada sirkulasi udara dan saya bisa melihat pemandangan segar yang mengarah ke laut dan marina," ujar Shenina, sang pemeran tokoh Sur dalam film "Penyalin Cahaya" ini.

Baca juga: "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" berkompetisi dalam festival film Busan

Baca juga: Dea Panendra dan Giulio Parengkuan bintangi "Penyalin Cahaya"

Baik Wregas maupun Shenina berpendapat bahwa protokol kesehatan karantina bagi para pendatang ini penting untuk menjaga kondisi kesehatan masyarakat di Korsel di tengah pandemi COVID-19.

"Penerapan proses karantina ini juga sangat profesional. Kami bisa menjalani karantina dengan nyaman dengan segala fasilitas yang disediakan pemerintah Korsel," ujar Shenina.
Shenina Cinnamon, Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panendra, Giulio Parengkuan, dan Mian Tiara bersama sutradara Wregas Bhanuteja berkumpul sebelum keberangkatan ke Korea Selatan untuk film "Penyalin Cahaya". (ANTARA/HO)


Kini, sudah 10 hari Wregas dan Shenina menjalani karantina. Bosan atau suntukkah mereka?

"Tidak bosan kok. Saya sering berinteraksi dengan keluarga dan orang-orang terdekat lewat telepon ataupun video call, lakukan olahraga ringan, menonton film dan series maupun video-video di YouTube. Saya juga lumayan sering melihat pemandangan di luar lewat jendela dan pastinya selalu makan teratur supaya tetap sehat juga," ungkap Shenina.

Wregas juga tidak merasa bosan. Dia tetap melakukan rutinitas kerja seperti biasa dengan diselingi olahraga ringan, menonton film dan series di OTT, hingga membaca buku. Tak hanya itu, Wregas juga menyiapkan video diary tentang pengalaman perjalanan bersama Shenina ke Korsel untuk hadiri Busan International Film Festival. Dengan kameranya, ia sudah merekam semua proses perjalanan sejak dari Bandara Soekarno-Hatta sampai mendarat di Incheon.

Selama karantina, sutradara berusia 28 tahun ini pun merekam aktivitasnya sendiri dan mengeditnya. Hal yang sama juga dilakukan Shenina. Mereka juga disibukkan berkomunikasi dengan pihak penyelenggara festival untuk membahas berbagai rencana kegiatan yang berlangsung di festival nanti, seperti opening ceremony, pemutaran film, sesi tanya jawab, hingga publikasi pers. Rapat dengan tim Rekata yang berada di Jakarta juga tetap berjalan secara daring.

Proses karantina sampai 4 Oktober 2021 ini dijalani Wregas dan Shenina dengan rileks tanpa merasa terbebani. Sebab, setelah karantina selama 14 hari ini telah dilalui, akan ada banyak peluang besar yang bisa ditemui dalam Busan International Film Festival (BIFF).

"Menghadiri festival film internasional termasuk salah satu upaya untuk tetap menggerakkan industri film Indonesia. Menghadiri festival film tidak hanya tentang pemutaran film dan bertemu penonton, tapi juga membuka peluang-peluang kerja sama ke depan untuk produksi film selanjutnya. Mulai dari bertemu dengan calon co-producer, posibilitas funding, project market, script lab, dan sebagainya," ujar Wregas.

Shenina sendiri berpendapat, "Saya tidak merasa terbebani dalam menjalani karantina ini. Malah saya bangga dan beruntung bisa datang ke festival film internasional bergengsi di tengah masa-masa sulit ini. Kewajiban menjalani proses karantina dan persyaratan protokol kesehatan lainnya sebelum menghadiri BIFF justru membuat saya merasa lebih safe. Mungkin waktu 14 hari dengan hanya berada di dalam kamar cukup terasa lama, tapi saya yakin nanti saat karantina sudah selesai, semuanya akan terbayar."

Film "Penyalin Cahaya" (judul internasional: "Photocopier") akan melakukan World Premiere dan masuk program kompetisi utama di Busan International Film Festival (BIFF) ke-26. Dalam kompetisi dalam program New Currents di BIFF ini, film "Penyalin Cahaya" akan bersaing dengan sepuluh film dari delapan negara lain untuk memperebutkan empat penghargaan penting dan bergengsi, yakni New Currents Award, New Currents Audience Award, NETPAC Award, dan FIPRESCI Award.

Film “Penyalin Cahaya” yang diproduksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini berkisah tentang Sur (Shenina Cinnamon) yang harus kehilangan beasiswanya akibat dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar. Ia tidak mengingat apa pun yang terjadi pada dirinya saat menghadiri pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya. Dalam pesta tersebut, Sur tidak sadarkan diri. Ia lantas meminta bantuan Amin (Chicco Kurniawan), teman masa kecilnya yang juga tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

Film “Penyalin Cahaya” sendiri merupakan film panjang pertama Wregas Bhanuteja. Ia sudah membuat film-film pendek yang berhasil masuk kompetisi festival film internasional. Antara lain, “Lemantun” (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), “Lembusura” (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), “Prenjak” (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta “Tak Ada yang Gila di Kota Ini” (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).

Film “Penyalin Cahaya” diproduseri oleh Adi Ekatama dan Ajish Dibyo dari Rekata Studio yang berkolaborasi dengan produser Willawati dari Kaninga Pictures. Kaninga Pictures sendiri pernah memproduksi film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” (2017). Selain Shenina Cinnamon, jajaran pemain film “Penyalin Cahaya” juga diisi oleh Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panendra, Giulio Parengkuan, Lukman Sardi, Ruth Marini, Mian Tiara, Landung Simatupang, dan Rukman Rosadi.

Baca juga: Landung Simatupang dan Rukman Rosadi gabung di film "Penyalin Cahaya"

Baca juga: Film "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" gabung di Jakarta Metaverse

Baca juga: Film "Penyalin Cahaya" suarakan darurat isu kekerasan seksual

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021