Mamuju (ANTARA News) - Investor asal Filipina segera merealisasikan investasinya di Provinsi Sulawesi Barat dengan membangun pabrik pengolahan kakao di Mamuju pada 2011.

"Kami baru saja melakukan pertemuan di Jakarta baru-baru ini menindaklanjuti hasil kerja sama dengan investor Filipina terkait rencana pembangunan pabrik pengolahan kakao," kata Gubernur Sulbar H. Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Senin.

Menurutnya, investor asal Filipina ini sangat serius untuk bisa berinvestasi di Sulbar dalam bidang pengolahan kakao karena negara tersebut merupakan salah satu konsumen utama produk coklat.

Ia mengatakan, pabrik pengolahan kakao yang ada di Manila tidak akan dipindahkan ke Sulbar karena akan disiapkan mesin khusus untuk ditempatkan di Mamuju dan dijadwalkan tahap awal pembangunan dilakukan tahun ini.

Gubernur mengemukakan, pengusaha asal Filipina ini memutuskan untuk membangun pabrik pengolahan kakao di Mamuju mengingat Sulbar merupakan salah satu daerah penghasil kakao yang mampu menyumbang 20 persen produksi nasional.

"Kita hanya menyuplai hasil kakao milik petani di Sulbar untuk dilakukan pengolahan pada pabrik yang akan dibangun itu. Hasil pengolahan ini lalu dikirim ke negaranya," katanya.

Ia mengatakan, faktor lain yang menjadi pertimbangan investor tersebut adalah tersedianya pasokan listrik di Sulbar karena pada tahun ini beberapa investor akan segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

"Ketersediaan energi listrik di Sulbar akan sangat memungkinkan untuk memperlancar proses pengolahan coklat salah satu komoditas unggulan yang kita miliki," jelas Anwar.

Ia mengemukakan, hubungan kerja sama ini telah dilakukan beberapa bulan yang lalu di Manila ibukota Filipina dan pembicaraan mengenai kerja sama ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU.

Ia menjamin, ketersediaan kakao Sulbar akan mampu menyuplai pabrik pengolahan kakao. Apalagi, komoditas kakao Sulbar selama ini mampu memberikan kontribusi produksi kakao sekitar 20 persen produksi nasional tahun 2009 lalu.

Anwar menjelaskan, dengan Gernas kakao, Sulbar berharap mampu menghasilkan 500.000 ton kakao per tahun dalam beberapa tahun ke depan, sehingga Indonesia akan mencapai produksi satu juta ton per tahun.

Ia menambahkan, ketika benar-benar mampu mencapai target produksi kakao satu juta ton per tahun, maka Indonesia akan menggeser posisi Pantai Gading sebagai penghasil kakao terbesar dunia.

"Program Gernas kakao digalakkan pemerintah di Sulbar dengan melakukan penanam bibit kakao somatic embriogenesis (SE) yang jumlahnya mencapai sekitar 7,1 juta pohon di areal sekitar 332.902 hektare," katanya.

Dikatakannya, pemerintah menanam bibit kakao SE untuk petani karena produktivitasnya tinggi hingga mencapai dua ton per hektare.

"Apabila penyebaran bibit SE tersebut mencapai areal kakao petani sekitar 332 hektare di Sulbar, maka target produksi kakao Sulbar 500.000 ton per tahun akan tercapai," katanya.

Karenanya, ia meminta kepada pemerintah dan petani yang menjalankan program Gernas pro kakao untuk serius menjalankan program tersebut agar Indonesia dapat menjadi negara penghasil kakao terbesar dunia.
(KR-ACO/S022/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011