Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri memulangkan 32 WNI yang tadinya ditampung di KBRI Tunis pasca kerusuhan sosial di Tunisia kembali ke daerah mereka masing-masing pada Kamis.

Ke-32 WNI tersebut tiba di Bandara Soekarno Hatta Jakarta sekitar pukul 16.00 WIB dan dibawa ke Kementerian Luar Negeri dengan disambut oleh Wakil Menlu Triyono Wibowo untuk diserahkan kepada pemerintah daerah atau keluarga mereka.

"Ketiga puluh dua orang WNI ini adalah Tenaga Kerja Indonesia yang kepergiannya tidak melalu prosedur resmi sehingga KBRI Tunis tadinya tidak mengetahui keberadaan mereka," kata Triyono.

Namun ia mengatakan bahwa kewajiban setiap perwakilan Indonesia untuk melindungi seluruh WNI termasuk mereka yang datang di luar prosedur resmi.

"Mereka adalah pekerja informal yang kebanyakan bekerja di lingkungan istana maupun pejabat tinggi pemerintah Tunisia yang kabur setelah kerusuhan merebak," tambah Triyono.

Tunisia mengalami pergolakan akibat masalah pengangguran, kemiskinan dan rezim yang korup mulai pertengahan Desember tahun lalu dengan puncaknya adalah kepergian presiden terguling Zine al-Abidine Ben Ali dan keluarga ke Arab Saudi.

"Sebenarnya WNI yang terdaftar berada di Tunisia ada 120 orang, pasca kerusuhan ada 74 orang WNI yang ditampung di KBRI Tunis, wisma duta besar dan rumah staf perwakilan," jelas Triyono.

Komposisi dari 32 WNI tersebut adalah 25 orang berasal dari Indramayu, dan sisanya berasal dari Tasikmalaya, Sukabumi, Semarang serta Karawang, adapun biaya pemulangan mereka dari Tunisia hingga tiba ke daerah masing-masing seluruhnya ditanggung oleh Kemlu.

"Kami mensyukuri usaha pemulangan yang dilakukan oleh Kemlu dan kiranya hal ini dapat menjadi bahan pelajaran agar mereka yang ingin bekerja di luar negeri hanya lewat jalur resmi saja," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Indramayu, Kamud, yang menerima 25 TKI asal Indramayu.

Menurutnya pada 2009 terdapat 4.619 warga Indramayu yang tercatat bekerja di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia dan pada 2010 ada 2.985 orang namun dalam satu tahun ada aliran uang ke Indramayu hingga 462 miliar rupiah lewat jasa pengiriman uang "Western Union".

"Ini berarti setiap hari ada pengiriman uang lebih satu miliar rupiah, artinya melebihi jumlah TKI yang tercatat di dinas," katanya.

Seorang TKW yang diselamatkan oleh Kemlu, Sriyati (31) mengaku memang bekerja tanpa lewat jalur resmi.

"Ada sponsor yang datang ke rumah dan saya mau saja, saat itu ada tujuh orang," ujarnya.

Sriyati mengaku sudah bekerja hampir lima tahun di rumah keluarga Mohamed Sakhr El-Matri, menantu mantan presiden Ben Ali.

"Majikan saya baik, saya digaji cukup dan lancar dan bahkan ditambah dengan pemberian tip," jelas Sriyati.

Ia mengatakan tugas sehari-harinya adalah menyiapkan baju untuk majikan laki-laki yaitu Sakhr El-Matri sementara tugas rumah tanga lain dilakukan oleh pembantu lain.

Pasca majikannya pergi tanpa mengatakan apa-apa pada pertengahan Januari, ia bersama seorang WNI, Juju (33) tertinggal di istana yang dijaga ketat oleh tentara.

"Sebenarnya tentara berjaga untuk keselamatan saya, tapi saya sudah takut duluan," jelasnya sambil menambahkan, "Pihak KBRI sangat membantu, mereka sudah kontak ke pemerintah agar bisa mengambil saya tapi tidak boleh oleh militer, jadi saya cari cara sendiri untuk keluar."

Setelah kembali ke Indonesia, Sriyati juga mengaku tidak ingin lagi bekerja di luar negeri.

"Sudah tidak pingin lagi," katanya.(*)
(T.KR-DLN/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011