Karimun, Kepri (ANTARA News) - Suami-istri Ab dan Rs, guru SMP Negeri 2 Tanjung Hutan, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau diduga menganiaya lima siswa dengan cara mencekik, menampar dan menendang.

Abdul Karimun, ayah seorang siswa bernama Apriadi, Minggu menyatakan telah melaporkan dua oknum guru tersebut ke Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Persiapan Buru.

``Foto bagian tubuh Apriadi yang lebam sudah saya serahkan ke polisi untuk kepentingan penyidikan,`` katanya.

Menurut dia, perlakuan kedua guru tersebut tidak mendidik.

Pelajar yang salah patut dihukum namun tidak dengan cara kasar apalagi sampai menganiaya, kata dia.

Semula, lanjut Abdul Karim, masalah tersebut tidak akan dipublikasikan ke media massa karena pihak yang dilaporkan menganggap persoalan tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

``Kami memang berdamai, tapi proses hukum tetap berjalan. Ini merupakan pelajaran bagi guru yang lain agar tidak berbuat sewenang-wenang. Kami juga berharap Dinas Pendidikan (Disdik) memberikan sanksi,`` tuturnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Buru, Marzuki Muhammad saat ditemui enggan memberikan.

``Maaf saya takut salah omong sehingga menghambat proses penyelesaian masalah. Lagi pula saat itu saya sedang tidak di sekolah,`` katanya.

Dia mengaku telah melaporkan masalah tersebut kepada Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Bakri Hasyim.

``Senin (31/1) saya dipanggil Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) di Tanjung Balai Karimun,`` ucapnya.



Lambang Sekolah

Apriadi, menuturkan, dia dan empat rekannya, Carlis, Indra Safri, Abdul Gapar dan Junaidi pada Senin (24/1) dianiaya Ab dan Rs gara-gara memakai pakaian seragam yang tidak dilengkapi nama dan lambang sekolah pada Senin.

Menurut dia, peristiwa tersebut bermula dari pengumuman Rs yang meminta siswa yang tidak mengenakan atribut memisahkan diri dari siswa lain saat apel pagi.

``Setelah apel kami ditampar Bu Rs di depan siswa lain, Setelah itu, Pak Ab memanggil kami ke ruangan majelis guru, di sana kami ditampar, dicekik dan ditendang-tendang. Kemudian, kami disuruh mengelilingi lapangan sekolah sebanyak 25 kali,`` katanya.

Dia mengatakan, penganiayaan tersebut berlanjut setelah pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar Ab. Ab menyuruh seluruh siswa untuk mengumpulkan buku catatan ke mejanya.

``Buku catatan yang saya taruh dilempar ke lantai. Katanya, saya tidak sopan menaruhnya. Kemudian saya disuruh keluar kelas. Setelah itu, saya dipanggil lagi ke ruang majelis guru, di sana saya dicekik dan dihempaskan ke bawah sehingga terjatuh ke lantai, " katanya.

Apriadi yang didampingi empat orahg rekannya menambahkan, "Pak Ab kemudian mengangkat tubuh dan mencekik, lalu menerjang saya hingga tercampak ke luar ruangan majelis guru.

Kejadian itu, lanjut dia, disaksikan oleh guru lain namun mereka hanya diam. ``Saat itu ada Ibu Nur, Pak Aldian dan Ibu Rosmawati,`` ucapnya.

Akibat perbuatan kedua guru tersebut, sekujur tubuhnya kesakitan karena lebam-lebam bekas tendangan.

Lebih lanjut dia mengatakan, dua guru berstatus suami istri itu memang dikenal garang dan mudah emosional. Beberapa waktu lalu, kata dia, seorang siswa Rizal berhenti karena tidak tahan dengan perlakuan keduanya.

``Siswa takut sama keduanya. Saya sendiri trauma akan dianiaya jika berbuat salah,`` ucapnya.

Kapolsek Persiapan Buru Iptu Ramlan Khalid ketika dihubungi mengatakan masih menindaklanjuti laporan keluarga siswa yang dianiaya.

``Kami masih mengumpulkan bukti-bukti dan memeriksa para saksi,`` katanya.

Pada kesempatan lain, Kepala Disdik Karimun Harris Fadillah mengaku telah menerima laporan dugaan penganiayaan tersebut.

``Kami minta oknum guru tersebut membuat surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya. Belum ada soal pemberian sanksi,`` katanya. (HAM/A013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011