Serang (ANTARA News) - Partai politik--sebagai agen utama penyeksi calon pemimpin--harus selektif memilih figur pemimpin yang dikehendaki masyarakat yang sekarang sudah semakin cerdas dan kritis, kata pengamat politik dari LIPI Lili Romli.

"Tetapi kadang parol menyodorkan calon yang tidak diharapkan masyarakat," katanya di Serang, Jumat.

Ia mengatakan, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, masyarakat sudah cerdas memilih calon pemimpin di daerahnya sehingga partai politik harus selektif mencari figur yang benar-benar diharapkan masyarakat jika ingin meraih dukungan.

Politik uang, katanya, mungkin bisa tidak laku. "Bisa saja uangnya diambil namun pilihannya kepada calon lain yang bukan pemberi uang," kata Lili.

Namun demikian, kata dia, partai politik terkadang menyodorkan figur atau calon yang tidak dikehendaki oleh masyarakat tetapi jika sudah terpilih dan tidak memberikan perubahan yang baik dalam pembangunan di daerah, malah masyarakat yang disalahkan.

"Harusnya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat," kata Lili dalam diskusi politik "Pilgub Banten 2011, Bagaimana Seharusnya PKS Bersikap" yang diselenggarakan Bidang Kebijakan Publik DPW PKS Banten tersebut.

Menurut Lili Romli, ada dua kunci yang harus dijalankan partai politik untuk bisa memenangkan Pilkada, yakni memilih figur yang dikenal dan dikehendaki masyarakat dengan melihat karakter pemilih serta `mesin pemilih` yang kuat atau kerja-kerja `mesin partai` yang berjalan dengan baik.

"Saya melihat PKS memiliki kelebihan untuk kerja-kerja partai dibandingkan dengan yang lain," kata Lili yang juga warga Pontang Kabupaten Serang tersebut.

Ia memperkirakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Banten yang akan digelar sekitar Oktober 2011, akan berlangsung lebih dinamis dari sebelumnya.

Hal itu disebabkan lebih banyaknya pihak yang memposisikan diri sebagai oposisi dan berseberangan dengan incumbent, katanya.

"Kesadaran dan daya kritis masyarakat semakin meningkat. Hal ini membuat masyarakat tidak merasa puas atas kepemimpinan di Banten saat ini," katanya.

Sementara, pengamat politik dari Universitas sultan Ageng Tirtayasa Gandung Ismanto menilai "incumbent" berada pada posisi terancam karena ada resistensi yang besar dari masyarakat.

Resistensi itu muncul karena banyaknya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dan kepemimpinan yang berlangsung saat ini, katanya.

"Citra buruk yang melekat di pemerintahan sekarang membuat incumbent butuh figur yang bisa menjadi `mesin cuci` untuk mengembalikan citranya," kata Gandung Ismanto.

Sementara itu, Ketua Bidang Kebijakan Publik DPW PKS Banten Sanuji Pentamarta menagatakan, PKS memiliki niat yang besar untuk melakukan perubahan di Banten dengan mengusung bakal calon gubernur dan wakil Gubernur Banten dari internal partai.

Namun keinginan besar PKS tersebut masih memiliki kekurangan karena hanya mempunyai II kursi di DPRD Banten, sedangkan menurut ketentuan untuk mengusung calon sendiri minimal harus mempunyai 13 kursi atau 15 persen dari jumlah kursi di DPRD.

"Kami masih melakukan komunikasi politik dengan partai lain serta menyerap aspirasi masyarakat, untuk mencari figur tepat yang nanti akan diusung pada Pilkada Banten," kata Sanuji.

Pihaknya juga belum bisa memastikan kemungkinan untuk melirik incumbent atau mencari figur lain diluar incumbent Ratu Atut Chosuyah, yang dipastikan akan mencalonkan kembali pada Pilgub Banten 2011.

"PKS ingin menjadi agen perubahan dan berkarya untuk masyarakat Banten dengan mengusung calon sendiri. Namun kekuatan kursi di DPRD hanya 11 kursi, sehingga harus mengumpulkan kekuatan-kekuatan politik," kata Sanuji Pentamarta yang juga Ketua Fraksi PKS DPRD Banten tersebut.

(M045/B009)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011