Baru pertama kali satu negara diminta untuk menjadi peninjau oleh dua negara yang bertikai..Hal itu wujud kepercayaan kedua pihak dan ASEAN kepada Indonesia"
Jakarta (ANTARA News) - Kamboja dan Thailand menyetujui Indonesia menjadi pemantau dalam usaha mendamaikan kedua negara pascabaku tembak 4-7 Februari 2011, kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Jakarta, Selasa.

"Dalam Pertemuan Informal Menteri Luar Negeri ASEAN hari ini disepakati bahwa Thailand dan Kamboja menyelesaikan persoalan dengan damai dan mengundang Indonesia sebagai peninjau serta mengikutkan Indonesia dalam perundingan selanjutnya," kata Marty.

Indonesia tidak akan mengambilalih tanggung jawab kedua negara itu, untuk memastikan adanya gencatan senjata tetapi mendukung hal tersebut dan melaporkan secara akurat temuan di lapangan.

"Indonesia bukan sebagai peace enforcement yang memaksakan perdamaian namun sebagai pihak peninjau yang membuat laporan tentang hal yang terjadi dan menyampaikannya kepada Ketua ASEAN dan kedua pihak," katanya.

Waktu pengiriman, jumlah dan  komposisi tim peninjau belum dipastikan, namun Menlu melihat sebaiknya dilakukan secepatnya.

Dia menambahkan karena perbatasan yang disengketakan Thailand dan Kamboja tidak terlalu luas maka tidak akan banyak pemantau, sementara komposisinya terdiri dari sipil dan militer tanpa senjata.

Ia mengatakan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI sudah mengetahui hal ini dan akan menyiapkan para perwiranya untuk bertugas sebagai pemantau, ditambah dari kementerian luar negeri.

"Namun kita harus mengetahu medan di lapangan terlebih dulu maka yang pertama akan dilakukan adalah mengirimkan tim pendahulu untuk memutuskan jumlah dan kebutuhan di lapangan," ujarnya.

Marty mengatakan, ini merupakan bentuk kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN dan bukan hanya sebagai ketua karena langsung masuk ke dua negara yang bertikai.

"Baru pertama kali satu negara diminta untuk menjadi peninjau oleh dua negara yang bertikai dan bukan ditempatkan di tengah. melainkan ada di Kamboja dan Thailand. Hal itu wujud kepercayaan kedua pihak dan ASEAN kepada Indonesia," kata Marty.

Awalnya, Thailand dan Kamboja berbeda pendapat karena ada yang ingin menjadikan Indonesia sebagai ketua pembicaraan perdamaian, sementara yang lain tidak bersedia menyertakan pihak ketiga.

"Namun setelah berembuk, akhirnya tercipta jalan tengah yaitu keterlibatan Indonesia ke dalam dua pihak, bentuknya Indonesia sebagai ketua ASEAN menjadi tempat berkeluh kesah kedua negara dan harapannya perundingan selanjutnya dilangsungkan di Indonesia," papar Marty.

Ia menilai Thailand dan Kamboja berkeinginan untuk berdamai sehingga tantangan bagi Indonesia untuk menangani masalah komunikasi di antara keduanya.

Marty akan melaporkan hasil pertemuan hari ini dan penugasan tim pemantau kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Baku tembak Thailand dan Kamboja terjadi di kawasan perbatasan dekat dengan kuil Preah Vihear yang diputuskan oleh Mahkaman Internasional pada 1962 dimiliki Kamboja, namun daerah di sekitarnya masih dalam sengketa kedua negara.(*)

KR-DLN/S023

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011