Manila (ANTARA News) - Pemerintah Filipina mengatakan Selasa pihaknya akan membantu 30.000 warganya keluar Libya yang dikoyak kekerasan, dan menyiapkan rencana evakuasi untuk orang Filipina yang tinggal di negara-negara Arab lainnya yang sedang mengalami pemberontakan.

Warga Filipina yang ditempatkan di ibukota Libya Tripoli yang ingin pulang harus mengontak perwakilan Filipina di sana untuk bantuan, kata Wakil Menteri Luar Negeri Esteban Conejos dalam konferensi pers di Manila, demikian AFP melaporkan.

"Melihat perkembangan terakhir di Libya, kedutaan besar kami di Tripoli telah menaikkan tingkat kewaspadaan hingga level tiga, yang artinya repatriasi suka rela," kata Conejos.

Conejos mengatakan, terdapat sekitar 30.000 orang Filipna di Libya, kebanyakan profesional, seperti dokter, perawat, insinyur, dan para pekerja terampil di industri minyak dan gas negara itu.

Conejos mengatakan bahwa sementara pemerintah Filipina tidak bermaksud untuk mencarter pesawat guna membawa mereka pulang, kementerian luar negeri telah menyediakan 100.000 dolar AS untuk membayar ongkos mereka dengan pesawat komersial.

Dia mengatakan pemerintah telah meminta Organisasi Internasional urusan Migrasi untuk membantunya menyediakan tempat duduk bagi mereka yang ingin meninggalkan Libya.

Conejos mengatakan pemerintah Filipina juga sedang mempersiapkan rencana evakuasi bagi sekitar 32.000 orang Filipina dari Bahrain dan Yaman yang dikoyak protest.

Namun dia mengatakan rencana repatriasi sukarela pada saat ini hanya berlaku bagi Libya.

Kantor Presiden Filipina Benigno Aquino mengumumkan sebelumnya Selasa pemerintah telah menunda pemrosesan lamaran kerja ke tiga negara itu.

"Kami memastikan bahwa jika kami ingin mengirimkan tenaga kerja kami ke luar negeri, bahwa tempat-tempat yang mereka tuju agar menjamin keselamatan mereka," kata juru bicara presiden Edwin Lacierda.

Terjangkiti kemiskinan yang meluas dan sedikitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri, sekitar sembilan juta orang Filipina -- kasarnya sepersepuluh penduduk -- bekerja di luar negeri di berbagai sektor sebagai pembantu rumah tangga, pekerja konstruksi, tenaga kesehatan dan insinyur.

Mereka mengirim pulang hampir 19 miliar dolar AS tahun lalu, ekuivalen dengan sekitar 10 persen produk domestik bruto negara itu, menurut data bank sentral. (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011